Beberapa faktor yang mempengaruhi plastisitas otak antara lain pembelajaran, memori jangka panjang serta pengalaman masa lalu.
Plastisitas Otak memegang peranan penting dalam pemberdayaan atau pengembangan diri seseorang. Bagi Anda  yang ingin selalu berkembang, maka sangat disarankan untuk terus meningkatkan kapasitas serta mengoptimalkan potensi otak yang dimiliki.
Yang perlu diwaspadai adalah plastisitas otak itu ada 2 jenis, plastisitas yang terstimulus negatif dan plastisitas yang terstimulus positif.
Ibarat sebuah persimpangan bercabang, maka sel-sel saraf akan mengikuti ke arah stimulus yang Anda ciptakan. Seumpama kiri adalah stimulus negatif dan kanan adalah stimulus positif.
Saat otak seringkali distimulus positif seperti bangun pagi, sarapan, olah raga, membaca buku dan giat bekerja, maka hal-hal tersebut akan menjadi sebuah pola dan kebiasaan sehingga plastisitas otak bersifat positif.
Jika otak seringkali distimulus negatif seperti bangun siang, malas olah raga, makan tidak teratur dan menjadi pemalas, maka pola kebiasaan buruk akan menjadi hal yang wajar.
Apabila otak sering diajak untuk melalui jalur kanan, maka jalur kirinya bisa saja tertutup dan Anda menjadi pribadi yang memiliki pola dan kebiasaan yang baik-baik.
Begitu pula sebaliknya, apabila otak sering diajak untuk melalui jalur kiri, maka jalur kanannya bisa saja tertutup dan Anda menjadi pribadi dengan pola kebiasaan buruk.
Hal ini juga dapat menjelaskan mengapa seorang pemakai narkoba cukup sulit menghentikan kebiasaan menggunakan narkoba. Dia menganggap bahwa mengonsumsi narkoba adalah hal yang wajar karena otaknya telah terstimulus "jalur kiri" sehingga "jalur kanan" tertutup.Â
Selain itu, dopamin yang telah kita bahas didepan juga turut andil dalam sebuah perilaku kecanduan narkoba.Â
Ketika seseorang mengalami kegagalan demi kegagalan dan membiarkan neuron "kegagalan" terus terhubung, maka dia akan menganggap bahwa kegagalan adalah hal yang biasa.Â