Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotherapist, Professional Executive, Founder Rumah Hipnoterapi, Founder Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kiat agar Tetap Asyik Walau di Lingkungan Kerja Toksik

22 Mei 2021   23:12 Diperbarui: 24 Mei 2021   01:24 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi pekerja kantoran, menghabiskan waktu 40 jam seminggu di tempat kerja adalah hal yang biasa. 

Dengan kata lain setidaknya sepertiga waktu dalam sehari sudah terenggut oleh rutinitas pekerjaan. Ditambah kalau misalnya ada tugas yang belum selesai, mau tidak mau harus extra time alias lembur.

Dibutuhkan ketahanan fisik dan mental yang prima untuk menjalani kebiasaan tersebut. Tidak mudah, namun tidak susah juga, selama kita mempunyai tekad yang bulat dan niat yang kuat. 

Agar tetap terinspirasi dan produktif, faktor kualitas lingkungan kerja ternyata sangat berpengaruh besar.

Lingkungan kerja yang nyaman menjadi idaman para pekerja kantoran. Namun tahukah Anda, di zaman sekarang sebenarnya definisi lingkungan kerja nyaman itu seperti apa?

Era kerja saat ini, jumlah pekerja kantoran lebih didominasi oleh kaum milenial dengan rentang usia 18-37 tahun.

Para milenial adalah mereka yang lahir antara tahun 1980 hingga 2000 an. Banyak sekali diantara mereka yang kini sudah menduduki jabatan strategis walau di usia relatif muda.

ilustrasi lingkungan kerja toksik/tangandiatas.com
ilustrasi lingkungan kerja toksik/tangandiatas.com
Hal tersebut tidak lepas dari perubahan cepat arus teknologi yang sudah menguasai hampir semua bidang industri. Maka mau tidak mau jika Anda adalah generasi sebelum milenial, maka wajib hukumnya menyesuaikan diri dengan mereka. Salah satunya adalah bagaimana Anda menciptakan lingkungan kerja. 

Para milenial adalah orang-rang yang sangat aktif, kreatif, tidak mau diam, agresif, suka terhubung, bermental pemenang, multitasking, penggemar teknologi dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

Sudah banyak studi dan penelitian yang membahas tentang korelasi antara produktivitas karyawan dengan lingkungan kerja. Berikut rangkuman 6 (enam) konsep atau desain lingkungan kerja ala milenial. 

1. Keseimbangan dan Fleksibilitas antara Pekerjaan dengan Kehidupan.

ilustrasi kerja dan hidup seimbang/shiftindonesia.com
ilustrasi kerja dan hidup seimbang/shiftindonesia.com
Para milenial bukanlah orang yang rela mengorbankan semua waktunya hanya untuk bekerja dan mengejar karir. Namun bukan berarti karir tidak penting bagi mereka.

Pekerja milenial menilai bahwa karir adalah hal yang sangat perlu untuk difokuskan, tetapi disisi lain mereka juga menginginkan kehidupan yang menyenangkan.

Dengan kata lain keseimbangan dan fleksibiltas antara pekerjaan dengan kehidupan adalah hal yang mereka impikan. Oleh karena itu lingkungan kerja yang fleksibel serta tidak terlalu kaku sangat cocok bagi kaum milenial.

Contoh kecil misalnya dalam hal berpakaian atau fashion kerja. Bagi kaum milenial mengenakan sneaker jauh lebih nyaman dibanding sepatu kulit saat kerja dikantor.

Prinsipnya adalah "Work Hard, Play Hard" semakin keras bekerja semakin bersenang-senang. Namun begitu tetap wajib dikontrol sesuai dengan tata tertib agar tidak kebablasan.

2. Validasi atas kinerja atau proses yang sedang dijalankan.

ilustrasi diskusi atasan dengan bawahan/tempo.co
ilustrasi diskusi atasan dengan bawahan/tempo.co
Pekerja milenial sangat mengharapkan validasi dan pengakuan yang instan atas suatu pekerjaan yang telah atau sedang diselesaikan.

Mereka adalah orang-orang yang senang dipuji. Ketika Anda memuji kinerja mereka yang sudah baik, maka kedepan mereka akan jauh lebih baik.

Disisi lain, mereka juga bukan orang yang anti kritik. Bahkan mereka lebih senang jika langsung ditegur dan diberikan pengarahan yang bersifat to the point alias tidak bertele-tele.

Setiap kritikan dan saran yang mereka peroleh akan dijadikan bahan referensi dalam memperbaiki proses yang mungkin masih perlu diluruskan kembali.

3. Kolaborasi dan kerja sama yang kompak.

ilustrasi kerjasama/www.its.ac.id
ilustrasi kerjasama/www.its.ac.id
Kaum milenial pada prinsipnya adalah orang-orang yang senang terhubung. Artinya mereka bukan orang egois yang mementingkan diri sendiri.

Karakter ini yang membuat mereka senang bekerjasama dan berkolaborasi yang kompak dengan anggota lain. Tentu dengan satu tujuan untuk mencapai goals atau target kerja perusahaan.

Menciptakan lingkungan kerja yang saling mendukung antar anggota bisa membuat pekerja milenial betah. Dukungan tidak hanya datang dari sesama rekan kerja, melainkan juga dari atasan atau pimpinan.

4. Keaslian nan Otentik tanpa kepalsuan.

ilustrasi otentik/cyberthreat.id
ilustrasi otentik/cyberthreat.id
Generasi milenial sangat menghargai keaslian. Mereka muak dengan jargon yang berlebihan atau kepalsuan dengan tujuan kepentingan tertentu.

Mereka juga benci drama dan lebih menghormati sikap apa adanya. Pekerja milenial tidak terbiasa menjilat untuk memperoleh jabatan atau kredit atasan.

Paling utama bagi mereka adalah prestasi nyata. Lingkungan kerja yang otentik sangat diharapkan oleh pekerja milenial. Mereka akan jauh lebih merasa nyaman berada di lingkungan kerja yang semua apa adanya. 

5. Tranparansi.

ilustrasi transparansi/beritatransparansi.co.id
ilustrasi transparansi/beritatransparansi.co.id
Dalam hal komunikasi, para milenial adalah orang-orang yang senang dengan keterbukaan. Hubungan kerja yang dilakukan secara jujur serta transparan dapat membuat mereka merasakan atmosfer kebersamaan dan kekeluargaan.

Berikan mereka ruang untuk menyalurkan aspirasi dan opini. Jangan menjadi orang yang kaku, karena mereka membutuhkan umpan balik terutama dari atasannya.

Ciptakan lingkungan kerja dengan manajemen terbuka. Sampaikan semua informasi meskipun itu informasi yang pahit. Lebih baik mereka tahu dari Anda daripada tahu dari orang lain.

6. Kemajuan karir.

ilustrasi pengembangan karir/www.linovhr.com
ilustrasi pengembangan karir/www.linovhr.com
Pengembangan karir merupakan hal yang penting buat kaum milenial, karena mereka cepat bosan. Para pekerja milenial adalah orang-orang pintar dan cerdas. Sehingga banyak diantaranya yang sangat cepat menguasai satu bidang pekerjaan tertentu.

Nah... kalau sudah begitu, mereka cenderung perlu diberikan motivasi dengan promosi karir. Berikan tugas dan tanggung jawab lebih besar sehingga ada tantangan baru untuk mereka.

***

Jika kita lihat dari keenam hal di atas, maka para pekerja milenial tentu tidak akan cocok dengan lingkungan kerja toksik.

Istilah lingkungan kerja toksik menggambarkan lingkungan kerja dimana pekerjaan, atmosfer, orang-orangnya atau kombinasi kesemuanya membuat kita amat tertekan dan kecewa.

ilustrasi pekerja sedang bergosip/kumparan.com
ilustrasi pekerja sedang bergosip/kumparan.com
Berikut ini ciri-ciri lingkungan kerja yang toksik:

1. Atasan yang selalu meremehkan.

Hanya karena atasan memiliki jabatan lebih tinggi dari kita, bukan berarti dia boleh bertindak semaunya tanpa alasan yang jelas. Dia mungkin mempunyai pengalaman lebih lama dari kita, tetapi bukan berarti lebih baik atau lebih hebat.

Sederhananya ketika atasan Anda sering memperlakukan tidak sederajat, mungkin Anda perlu mempertimbangkan pilihan pekerjaan.

2. Manajemen dengan Nilai Perusahaan tidak sejalan.

Lingkungan kerja toksik juga dapat ditandai dengan manajemen kantor yang tidak sejalan dengan nilai perusahaan.

Ketika manajer di kantor sering berbicara buruk tentang perusahaan, atau bergosip tentang dewan direksi, maka dapa dimungkinkan bahwa perusahaan sedang dalam masalah.

3. Menyerang Reputasi.

Lingkungan kerja toksik cenderungnya diisi oleh rekan-rekan kerja atau atasan yang beracun pula. Salah satu hal yang menggambarkan rekan kerja atau atasan yang toksik adalah saat mereka menyerang reputasi seseorang.

Contohnya membicarakan hal buruk dibelakang Anda, mengejek Anda atau bisa juga selalu merendahkan Anda secara serius di depan umum.

4. Penuh dengan para penindas.

Tanda pasti dari lingkungan kerja toksik adalah banyaknya para pelaku bully. Para penindas ini sering merendahkan orang yang ada disekitarnya.

Memiliki rekan kerja dan/atau atasan tukang bully bisa menggambarkan bahwa Anda bekerja di lingkungan toksik.

5. Kehidupan dan Pekerjaan tidak seimbang.

Ketika Anda sering membawa pekerjaan untuk diselesaikan di rumah, atau saat Anda masih saja memeriksa email sebelum berangkat atau pukang kerja di rumah, menandakan bahwa kehidupan pribadi dengan pekerjaan Anda tidak seimbang.

Banyak diantara kita memang yang menikmati bekerja keras, namun jika hal itu sudah sampai memangkas waktu pribadi, maka Anda perlu berhati-hati. Ingat bahwa pekerjaan dengan kehidupan pribadi harus berjalan seimbang agar tidak menimbulkan kesehatan fisik dan problem psikis.

6. Sering jatuh sakit.

Bekerja di lingkungan kerja toksik sangat menguras pikiran dan mental. Atas kondisi ini biasanya seseorang akan sering jatuh sakit.

JIka Anda dalam kondisi seperti ini, maka dapat dimungkinkan Anda sedang bekerja di lingkungan toksik.

7. Aturan yang tidak konsisten.

Aturan kerja yang tidak konsisten seringkali menjadi pemicu keributan dikantor. Misalnya ada rekan kerja yang mendapatkan penghargaan atas hasil kinerja yang sama persis dengan Anda, namun Anda tidak mendapatkannya. 

Perlakuan yang tidak adil diantara karyawan dan aturan perusahaan yang tidak jelas dapat menimbulkan berbagai masalah. Membuat suasana kerja menjadi sama sekali tidak kondusif.

Lantas bagaimana solusinya manakala kita sudah terlanjur bekerja di lingkungan toksik? Simak baik-baik ya kawan!

Ada beberapa kiat asyik di lingkungan kerja toksik.

Pertama, Jauhi rekan kerja yang sering menimbulkan konflik. 

Ketika bergabung di suatu perusahaan, maka kita akan bertemu dan mengenal banya orang dengan beragam tipe karakter yang berbeda-beda. 

Saat Anda tahu bahwa ada rekan kerja yang suka bergosip dan menimbulkan konflik, maka ada baiknya Anda jauhi karena mereka bisa sangat berbahaya dan membuat energi Anda menjadi negatif.

Kedua, Tingkatkan kualitas diri.

Mempelajari hal-hal baru diluar rutinitas pekerjaan akan membuat Anda jadi pribadi yang asyik. Anda akan semakin kaya dengan skill dan keahlian baru nan unik. 

Bisa jadi hal ini akan membuat Anda lebih dihargai dan dihormati oleh rekan kerja serta atasan. Benefit lain, mungkin juga skill baru yang Anda tekuni dapat menjadi proses mempersiapkan masa depan yang lebih baik.

Ketiga, Mengubah cara berpkir.

Ketika berhadapan dengan interaksi negatif, cobalah untuk memandang bahwa hal tersebut adalah sebuah pengalaman bagi Anda untuk belajar.

Belajar memaknai setiap kejadian baik dan kejadian buruk. Dengan begitu, maka energi Anda akan selalu dalam kondisi positif hingga akhirnya membuat Anda semakin prodiktif.

Memandang sesuatu secara positif juga bisa mengurangi stres, tekanan serta kadar emosi terhadap segala kejadian yang terjadi.

Keempat, Ciptakan ruang kerja yang positif.

Sebuah ruangan kerja yang positif dapat membuat Anda merasa aman ditengah kekacauan lingkungan kerja toksik. Sebagai contoh meletakkan foto orang-orang yang Anda cintai, meletakkan mini poster yang berisikan afirmasi positif, atau bisa juga dengan membersihkan dan merapikan meja kerja secara berkala.

Kelima, Cari suasana baru diluar atau mengambil cuti sejenak.

Temukan suasana baru diluar kantor. Anda bisa memanfaatkan waktu istirahat makan siang untuk benar-benar menikmati suasana yang berbeda.

Bahkan jika Anda sedang diperbolehkan kerja diluar kantor, maka manfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.

Jika sudah benar-benar terlalu jenuh, maka Anda bisa mengambil cuti dan menikmati waktu tanpa pekerjaan sama sekali.

Keenam, Terapkan "Work Life Balance"

Kalau Anda mempunyai hobi, silahkan ditekuni. Hobi memberikan Anda jeda sesaat terhadap rutinitas kerja. Hidup tak melulu soal karir dan pekerjaan. 

Perhatikan keseimbangan antara pekerjaan dengan kehidupan Anda. Jangan biarkan pekerjaan menyita 100% waktu Anda. Ingat bahwa waktu tak bisa diputar kembali. Jadi manfaatkan dia sebaik dan semaksimal yang Anda bisa.

Jangan membawa pekerjaan kerumah. Saat sedang di rumah, maka fokuslah pada kehidupan pribadi Anda. Begitu sebaliknya saat bekerja, maka fokuslah pada tugas dan tanggung jawab.

***

Demikian ulasan mengenai lingkungan kerja toksik, semoga bermanfaat. Salam sehat dan bahagia.

"Tiga kunci sukses hidup seimbang. Bekerja dengan Hati, Menjalani Hobi dan Meraih Prestasi." The Architect

-AP-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun