Tidak seperti sekarang, zaman tahun 2004 akses internet belum begitu massif. HP ku saja masih merk siemens C45 monochrome (haha..).
Jadi aku dan teman-teman harus mentelengi (baca: fokus mengamati) tulisan  dengan font huruf super mikro di surat kabar.
Rasa lega bercampur gembira sontak menyelimuti saat membaca namaku tercatat lolos di pilihan pertama. Artinya aku bisa melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.
Seminggu kemudian aku harus lakukan daftar ulang. Pagi itu cukup cerah, perjalanan +/- 2 jam dari Mojokerto ke Malang aku tempuh bersama papa.
Diatas motor 2 tak Yamaha Sigma kami berbincang untuk mengusir rasa bosan sepanjang jalan. Ada satu momen perbincangan yang cukup terngiang di telingaku sampai sekarang.
Dan ternyata prediksi papa lumayan akurat loh.. Beliau berkata,
"Lhe (panggilan anak laki-laki)... Kuliah nggak akan membuat kamu jadi kaya".
Kubuka kaca helm lalu mendekatkan kepala dan bertanya,
"Kok bisa pa.. memangnya kenapa?".
Beliau lantas menjawab,
"Kuliah itu cuma bisa bikin kamu dapat kerja. Enak tidaknya hidupmu, sukses enggaknya dirimu yang menentukan adalah kamu sendiri".