Namun setelah beberapa bulan, Pablo merasa tubuhnya semakin lelah dan pundaknya jadi sering sakit-sakitan. Suatu malam, Pablo mendatangi Bruno yang sedang rebahan di rumah, ia berkata kepada Bruno,
"Sampai kapan ya kita kerja mengangkut air gini, sepertinya aku capek bro... nggak kuat lagi. Apa kita berhenti aja ya cari kerjaan lain?"
Bruno langsung bangun dari tempat tidurnya kemudian berkata, "Gila aja bro... kamu tahu kan cari kerja sekarang susah, kita udah dikasih kerja kok malah bilang capek!"Â
Bruno terus melanjutkan bicara dengan wajah sedikit kesal, "Aku nggak setuju ide berhentimu, aku mau teruskan kerja ini, kalau kamu mau berhenti silahkan aja".
Sesampainya di rumah, Pablo kemudian merenung, dalam hati ia berkata, "Benar juga kata si Bruno, cari kerja sekarang susah, kalau berhenti nanti gimana nasibku".
Malam ini hati dan pikiran Pablo dalam mode galau. Dia pun berpikir bagaimana caranya agar tidak kehilangan pekerjaan, namun juga bisa kerja tanpa rasa sakit dan capek tiap hari.
Setelah perenungan yang cukup mendalam, singkat cerita Pablo mendapatkan ide untuk membuat saluran air menggunakan bambu yang disambung sepanjang 2 km. Memang di desa Pablo pohon bambunya melimpah jadi ia tidak akan kesulitan bahan baku.
Keesokan harinya Pablo dan Bruno tetap menjalankan aktivitas seperti biasa. Namun ketika sore hari, Pablo tidak buru-buru istirahat. Dia melanjutkan kerja dengan membangun saluran air.
Semakin lama produktivitas Pablo menurun karena memang dia begitu lelah kerja pagi hingga larut malam. Karenanya upah yang seharusnya bisa diterima utuh, kini harus dipangkas separuh.
Tidak hanya itu, penduduk desa pun juga mentertawakan Pablo dengan menyebutnya orang gila, "Coba lihat Pablo, bodohnya kebangetan, mana bisa bikin saluran air pakai bambu, dasar orang gila!"
Kira-kira seperti itu cibiran dari penduduk desa. Di bagian lain, Bruno tetap bersemangat kerja keras setiap hari mengisi penampungan air.Â