Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotist, Professional Executive, Founder Rumah Hipnoterapi, Founder Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terima Kasih Bunda, Aku Bisa Sekolah

22 November 2020   14:58 Diperbarui: 22 November 2020   15:08 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Namaku Elmira Permata Faiza. Umurku 8 tahun. Aku sekolah di SDN Wates 1 Kota Mojokerto. Cita-citaku menjadi dokter. Aku senang menjadi dokter karena bisa membantu banyak orang."

Sepenggal narasi diatas adalah celotehan dia ketika mengikuti salah satu lomba membuat video bertema "Cita-citaku" bulan Agustus lalu. Dia adalah anak pertamaku yang biasa dipanggil "iza"

Kisah ini berawal di tahun 2012 yang merupakan tahun kelahirannya. Hari itu begitu spesial karena tepat di tanggal 21 Maret putri kecilku lahir ke dunia. Sayangnya saat itu aku tidak bisa menemani operasi caesar istri karena sedang mengikuti pelatihan Leadership Development Program di Jakarta. 

Sebenarnya aku sudah mengantongi izin untuk pulang mendadak, tetapi malam itu semua tiket pesawat dan kereta sudah habis sehingga aku baru bisa pulang keesokan harinya. Malam terasa begitu dingin di kamar mess, aku hanya bisa membaca doa semampuku untuk mendoakan keselamatan istri dan bayi yang ada di dalam kandungannya.

Selama masa kehamilan, istriku divonis menderita pre eklamsia yaitu suatu kondisi kehamilan sangat rawan dan berbahaya yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dari sang ibu. Dokter meneleponku sendiri kemudian mengabarkan bahwa sekarang juga istriku harus di operasi caesar untuk mengeluarkan paksa bayinya. Dokter juga menjelaskan bahwa resiko dari operasi ini sampai kepada meninggalnya salah satu atau bahkan keduanya.

Saat itu usia kehamilan istriku belum genap 7 bulan. Aku hanya disuruh berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan harapan keduanya bisa melalui proses persalinan dan selamat.

Setelah 2 jam berlalu akhirnya aku mendapat kabar dari keluarga yang memberitahu bahwa istri dan anakku selamat. Seketika itu juga aku sujud syukur dan tak terasa air mata menetes diatas sajadah yang aku gelar. Setelah pagi datang, aku bergegas ke bandara kemudian pulang menuju Rumah Sakit Citra Medika, Sidoarjo.

Berat lahir anakku saat itu 800 gram (nggak sampai sekilo). Sementara aku belum bisa menggendongnya karena dia masih membutuhkan perawatan di dalam ruang NICU selama 56 hari. Namun disitu aku merasa mukjizat Tuhan begitu nyata sehingga aku memberi nama dia Faiza yang artinya "Pemenang". Dia telah memenangkan pertempuran dan berjuang menjadi seorang pemenang yang lahir ke dunia.

Pada saat itu sumber informasi kesehatan begitu minim kami dapatkan. Sehari-hari kami bersama keluarga hanya fokus dalam penambahan berat badannya. Kami tidak sadar ternyata ada bahaya lain yang mengancam. 

Anak yang lahir dengan berat badan sangat kurang berpotensi mengalami gangguan pertumbuhan.

Ya Tuhan betapa bodohnya aku sebagai orang tua sampai tidak tahu hal sepenting itu. Untuk anak-anak yang lahir dengan berat badan sangat kurang wajib langsung dilatih dengan metode fisioterapi. Hal ini penting karena pertumbuhan otaknya selama didalam kandungan belum terbentuk sempurna sehingga dibutuhkan latihan untuk mengejar pertumbuhannya.

Kami baru tahu setelah iza berusia 10 bulan. Meskipun dikategorikan terlambat tapi kami tetap mengajaknya latihan bersama fisioterapis. Saat ini putriku di vonis mengalami cerebral palsy dengan tipe spastik. Gangguan motorik yang dialaminya adalah terlambat berjalan. Latihan setiap seminggu dua kali menjadi santapan rutinnya sekarang.

metode fisioterapi
metode fisioterapi

Bagi kamu yang barangkali mengalami hal serupa, jadikan pengalamanku diatas sebagai contoh nyata agar anak yang berkebutuhan khusus bisa berkembang dengan sempurna. Cukupkan sampai kami (aku dan istriku) saja yang berbahagia dan bangga bersama putri iza.

Ketika iza beranjak usia 4 tahun alhamdulillah perkembangan kecerdasan kognitifnya ternyata sama sekali tidak mengalami gangguan. Cara dia berkomunikasi, merespon perintah bahkan memecahkan tantangan kecil bisa diselesaikan. Semua ini tak terlepas dari peranan sang ibu (istri tercintaku), sebut saja bunda Lily. 

Ibu Sekolah Pertamaku sebuah kalimat yang sangat tepat untuk mendeskripsikan keadaan iza waktu itu. Dari bayi setiap hari bunda Lily yang selalu mengajak iza bercerita, berbicara bahkan mengajarkan bahasa inggris sederhana (hehe...). 

Faktor kekuatan bunda Lily yang membuat iza memiliki kemampuan kognitif sangat baik. Selain itu bunda Lily juga mengajarkan tentang nilai-nilai sopan santun dan tata krama sehingga iza tumbuh menjadi anak yang memiliki kepribadian istimewa.

Pendidikan formal mulai ditempuh iza pada usia 5 tahun. Kami cukup kesulitan mencari sekolah Taman Kanak-Kanak yang mau menerima siswa berkebutuhan khusus seperti iza. Syukur almarhum eyang kakungnya dulu mengenalkan aku pada salah satu pemilik yayasan sekolah TK di dekat rumah. 

Hingga akhirnya iza bisa sekolah TK selama 3 tahun (hehe...). Kami memang sengaja melebihkan masa sekolah TK dengan tujuan agar iza benar-benar matang dalam pembelajarannya.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Karena aku harus kerja dari senin hingga sabtu, maka setiap hari bunda Lily  yang selalu mengantar dan menemani di sekolah. Dan pada kesempatan ini juga aku mau mengucapkan terima kasih kepada pengurus, kepala sekolah dan guru-guru TK Imtaq, Surodinawan Mojokerto yang telah mengijinkan putri kami bersekolah TK hingga lulus.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Kini pendidikan formal iza harus kami lanjutkan ke jenjang lebih tinggi yaitu Sekolah Dasar. Usia iza saat ini sudah 8 tahun. Tantangan kembali kami hadapi untuk mencarikan sekolah yang memang ada fasilitas inklusi nya.

Benar-benar tidak mudah. Selama berminggu-minggu bunda Lily keluar masuk sekolah swasta untuk mendaftarkan sekolah. Tapi hasilnya tidak ada satupun SD yang cocok untuk iza. 

Singkat cerita fisioterapis yang biasa kami datangi memperkenalkan bunda Lily kepada seorang Kepala Sekolah SDN Wates 1 Kota Mojokerto. Sebagai informasi di Kota Mojokerto saat ini hanya ada dua SDN yang ditunjuk dan memiliki fasilitas sekolah inklusi yaitu SDN Mentikan 1 dan SDN Wates 1.

Tanpa menunggu lama, bunda Lily kemudian menghubungi Bu Ningsih Kepala Sekolah SDN Wates 1. Lalu diberikan kesempatan untuk mengikuti psikotes serta prosedur pendaftaran tahun ajaran 2020/2021.

Memang anakku adalah anak hebat dan cerdas, tanpa kesulitan berarti iza berhasil menuntaskan semua tes masuk pendaftaran SD. Sekarang iza bersekolah kelas 1 di SDN Wates 1 Kota Mojokerto.

Bunda Lily mengambil peranan yang sangat penting bagi pendidikan formal iza. Dengan semangat pantang menyerah serta kebesaran hati yang dimiliki, membuat iza bisa sekolah ke jenjang berikutnya.

iza mengerjakan tugas sekolah
iza mengerjakan tugas sekolah

iza memperhatikan instruksi guru sekolah daring
iza memperhatikan instruksi guru sekolah daring

Transformasi sistem pendidikan di masa pandemi ini dari sekolah tatap muka menjadi sekolah daring menjadi sebuah tantangan berikutnya. Peranan setiap orang tua dalam memastikan pendidikan formal dapat diterima oleh peserta didik sangat vital. Mungkin sebagian dari kamu sebagai orang tua ada yang mengeluh, tapi percayalah keluhan tidak akan membawa manfaat.

Bunda Lily dengan sangat sabar dan telaten mendampingi iza setiap hari dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah. Yah.. meskipun kadang-kadang kalau malam sebelum tidur bunda Lily bertukar cerita denganku tentang kegiatan sekolah daring yang melelahkan, justru hal tersebut kami manfaatkan sebagai momen untuk saling menguatkan.

***

Peranan seorang ibu dalam pembentukan karakter anak  menjadi sebuah keniscayaan. Terang saja hal itu karena keterikatan emosional si anak dengan ibunya sudah berlangsung sejak dalam kandungan. Ketika anak sudah lahir, orang pertama dan yang sering bersama tentu adalah sang ibunda.

Pendidikan karakter dan perilaku memiliki porsi yang relatif terbatas ketika di sekolah. Anak akan lebih banyak mendapatkan materi pendidikan formal. Tak jarang perilaku dan karakter ini justru terbentuk dari lingkungan misalnya teman main.

Jika pendidikan karakter dan perilaku anak ini tidak kita ambil alih, maka bisa jadi anak akan tumbuh dengan karakter dan perilaku yang salah misalnya tempramental, kasar atau bisa juga pemalu, takut dengan orang, gugup dan lain sebagainya.

Untuk menghindari hal-hal negatif pada masa pertumbuhan anak, sekali lagi peran ibu harus dikedepankan. Namun bukan berarti peran ayah diabaikan. Pada kesempatan ini fokus pembahasan lebih kepada peranan ibu. Yuk kita intip beberapa hal sederhana yang bisa diterapkan oleh ibu kepada anak dalam memberikan pendidikan karakter dan perilaku. Manfaatkan momen kebersamaan di masa pandemi ini karena aktivitas lebih banyak dirumah bukan (hihi...)

1. Mengajak Anak Berbicara

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa masa keemasan perkembangan otak manusia adalah usia 0 hingga 5 tahun. Periode emas ini sangat menentukan perkembangan anak. Oleh sebab itu sebagai ibu sering-seringlah mengajak anak berkomunikasi yang benar. Kalau dalam teori mind technology yang kebetulan saya dalami, pada usia 0 hingga 5 tahun seseorang itu sama sekali tidak memiliki filter mental.

Jadi apapun yang dikatakan kepada anak akan selalu dianggap sebagai sebuah kebenaran. Nah masalahnya adalah kalau kamu sebagai orang tua sering menakut-nakuti anak, atau memberikan ancaman kepada anak dengan tujuan agar dia menurut justru merupakan contoh yang kurang tepat.

Komunikasikan semua hal dengan cara menghindari penggunaan kata negatif seperti "jangan" "tidak boleh" atau menakut-nakuti seperti contoh "ayo cepat makan, kalau gak makan nanti digigit ular". Dengan kalimat tersebut, maka sebenarnya otak sang anak merespon bahwa makan bukan untuk sehat atau mengenyangkan tetapi untuk menghindari bahaya. Sehingga kesimpulannya kalau tidak dalam keadaan bahaya tidak usah makan.

2. Menjaga Sikap dan Perilaku di depan Anak

Anak-anak adalah peniru yang hebat. Apapun yang dilihatnya bisa menjadi sumber inspirasi untuk di copy. Oleh sebab itu poin kedua adalah penting buat kamu untuk selalu menjaga sikap dan perilaku ketika ada anak. Berhenti berbuat hal yang buruk seperti merokok, memaki, mengumpat atau hal-hal negatif lainnya. Berikan anak contoh sikap dan perilaku yang baik agar dia bisa tumbuh menjadi pribadi hebat.

3. Menanamkan Nilai dan Budaya yang baik

Tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua untuk mengajari anak tentang nilai, norma serta budaya yang benar. Jika anak melakukan kesalahan, kamu bisa menegurnya dengan baik tanpa harus marah. Ingat bahwa setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Justru dengan sering berbuat salah, si anak akan semakin tahu mana yang baik dan mana yang buruk.

hasil tugas daring
hasil tugas daring

"Karakter dan perilaku menentukan keberhasilan seseorang" The Architect

-AP-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun