Namun wajah itu berubah saat menceritakan pengalaman menyedihkan, seketika itu juga wajahnya memerah dengan ekspresi penuh kemarahan.Â
Berawal pada saat Aurora berusia 4 tahun mempunyai adik perempuan yang baru saja lahir. Sejak itu dia mulai sering mendapatkan perlakuan keras dari ayahnya.Â
Entah apa yang ada di pikiran sang ayah, namun kekerasan tersebut semakin sering dilakukan. Menurut penuturan Aurora dia berasumsi bahwa perlakuan tidak adil itu dia terima karena sang Ayah lebih sayang kepada adik daripada dirinya. Setiap kesalahan kecil maupun besar yang diperbuat sengaja atau tidak pasti mendapatkan konsekuensi dari sang Ayah.
Puncaknya adalah saat dia dipukul menggunakan gagang sapu hingga patah. Â Saya bertanya kepada Aurora dari skala 1-10 berapa nilai kebencian kepada ayahnya. Â Aurora menjawab 9, sebuah penilaian rasa benci yang hampir sempurna.
Sang ibu tidak bisa berbuat banyak untuk menahan amarah suami kepada anaknya. Aurora merasa tenang ketika sang Ayah sedang bekerja atau tidak dirumah. Hubungan Ayah dan Anak Perempuan ini tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Pertemuan selanjutnya bersama Aurora adalah sesi tindakan hipnoterapi. Beruntung karena Aurora termasuk orang dengan tingkat sugestibilitas tinggi sehingga saya tidak kesulitan melakukan induksi hingga selesai hipnoterapi.
Profesi hipnoterapis bukan menyembuhkan selayaknya dokter yang melakukan diagnosa lalu memberikan resep obat. Seorang hipnoterapis membantu klien untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Caranya adalah dengan mengaktifkan pikiran bawah sadar dan melakukan editing memori.
Hal inilah yang saya lakukan kepada Aurora, dengan teknik Age Regression saya mengajak Aurora kembali ke masa kecilnya. Semua gambaran detail peristiwa hingga perasaan yang dirasakan kala itu tertumpah di ruang hipnoterapi. Tangis ketakutan Aurora pecah ketika berada pada kondisi trance (kondisi dimana pikiran bawah sadarnya mode on).