Bahaya sekali ketika Figur Otoritas justru berperilaku negatif karena apapun yang diperbuat dapat menjadi keyakinan bagi pengikutnya. Sebaliknya bagi Anda yang menjadi pengikut saran saya miliki filter terhadap semua sumber referensi. Pergunakan yang sifatnya positif dan membangun, tinggalkan semua yang negatif, membatasi dan merusak.
Identifikasi Kelompok
Sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial membuatnya tidak mampu menepis kehidupan berkelompok. Sekolah, kantor, kampus dan pondok pesantren adalah contoh kehidupan berkelompok. Dalam kelompok sekecil apapun tentu ada hal-hal yang disepakati oleh semua anggota. Kesepakatan itulah yang dapat menjadi sumber referensi bagi pembentukan karakter seseorang.
Penilaian dari anggota kelompok lainnya juga bisa berpengaruh cukup besar. Semua perilaku dalam sebuah kelompok berpotensi dinilai oleh setiap anggotanya. Diperlukan sebuah karakter otentik untuk mampu mencegah intervensi negatif anggota kelompok lain.
Referensi didapatkan dari penerimaan suatu konsep, gagasan dan ide yang secara sukarela diterima kemudian menjadi program bawah sadar seseorang. Misalnya menonton film dan sinetron, mendengarkan lagu, membaca buku, majalah atau artikel.Â
Apabila sumber idenya salah kemudian diulang terus menerus, maka fungsi karakternya pun menjadi tidak ideal. Istilah lainnya adalah Repetisi atau Pengulangan ide. Jadi kurangi menonton sinetron dan film genre drama atau mendengarkan lagu yang mengkonsepsikan pengejaran wanita, memperebutkan wanita dan yang terlalu memuja wanita. Hal tersebut kurang sehat bagi netralitas akal pikiran kita.
Baca juga: Kamu Tampan tapi Masih Jomblo? Karena Inilah Tipe Pria Idaman Wanita yang Sebenarnya
Keterikatan Emosi
Pengalaman masa lalu yang dibungkus dengan keterikatan emosi dapat menjadi penyebab terbentuknya sebuah karakter. Misalnya seorang pria yang berkali-kali ditolak cintanya oleh wanita, bisa menurunkan tingkat kepercayaan dirinya dimasa depan.Â
Program Bawah Sadar