Pola hubungan seperti ini sepertinya sudah menjadi hal yang umum. Kalau masih pada level pacaran mungkin implikasinya tidak terlalu serius. Namun jika pola ini terjadi pada sebuah hubungan pernikahan, maka tentu saja sangat berbahaya dan merugikan.
Tidak mudah memang menyatukan perbedaan. Mengapa? karena ada orang ketiga yang bernama Ego.
Ego adalah perwujudan emosi yang berupa rasa sadar akan dirinya sendiri atau konsepsi tentang dirinya. Itulah mengapa orang yang egois artinya orang yang mementingkan dirinya sendiri. Emosi ke 'aku' an inilah yang menjadi masalah utama dalam sebuah hubungan.
Biasanya keakuan ini muncul ditengah-tengah sebuah hubungan dan akan semakin memuncak ketika Anda tidak cepat-cepat mendamaikannya dengan kondisi-kondisi  eksternal.
Kabar baik buat Anda bahwa Ego itu adanya didalam diri sendiri jadi yang bisa memegang kendali tentu saja adalah diri Anda. Tidak ada campur tangan orang lain.
Jika Anda meletakkan Ego diatas segalanya, maka Anda akan menjadi pribadi yang keras kepala, tidak berperasaan dan acuh dengan orang lain.Â
Sebaliknya jika Anda meletakkan Ego dibawah batas kewajaran, maka Anda akan menjadi pribadi yang berpura-pura, tidak tulus dan sarat kepentingan untuk keuntungan sendiri.
Sebuah hubungan percintaan yang ideal adalah ketika kedua anggota bisa saling mendamaikan dan meletakkan Ego sesuai dengan fungsinya.Â
Selama masih ada 'Aku' dan 'Kamu' berarti belum terlahir 'Kita'. Dan selama belum ada 'Kita' maka yang ada hanyalah topeng ilusi penuh kepalsuan yang mengatasnamakan cinta.