Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotherapist, Professional Executive, Founder Rumah Hipnoterapi, Founder Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Tips Mengatasi Burnout Syndrome bagi Para Pekerja

22 Agustus 2020   21:20 Diperbarui: 23 Agustus 2020   17:33 1717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keseimbangan hidup (Sumber: www.life-change.org)

Sore itu ketika selesai upload satu artikel bertajuk 'Dua Jempol Sakti yang Menggerakkan Roda Ekonomi', tiba-tiba saya mendapat chat message dari seorang sahabat yang tinggal di luar kota :

" Coba tulis tentang 'Burnout Syndrome' kang... kok kelihatannya banyak yang butuh, termasuk saya :D. Ditunggu artikelnya  "

Awalnya cukup kaget karena sebelum sahabat itu chat, beberapa hari yang lalu saya sempat membaca sebuah artikel kesehatan mengenai cara mengatasi stres karena pekerjaan. 

Burnout syndrome itu 'saudaranya' stres dan 'adiknya' depresi ... hehe ...

Mengutip dari hellosehat.com menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan burnout syndrome adalah salah satu kondisi stres yang berhubungan dengan pekerjaan. 

Ciri-ciri seseorang yang mengalami burnout syndrome adalah kelelahan fisik dan kelelahan emosional secara berlebihan akibat dari tekanan pekerjaan yang bertubi-tubi tanpa henti.

Sudah banyak sekali penelitian yang mengatakan bahwa pekerja kantoran lebih rawan diserang kondisi stres dibandingkan dengan jenis pekerjaan lainnya. Kecil kemungkinan seseorang tidak pernah mengalami stres. Saya pun secara pribadi pernah mengalaminya. 

Lalu apa bedanya stres dengan burnout syndrome?

Perbedaan pertama adalah masa waktunya. Stres dialami ketika seseorang mendapatkan tekanan pekerjaan dan segera hilang saat pekerjaan itu terselesaikan. Sedangkan burnout syndrome adalah stres dalam jangka waktu yang cukup lama. Dengan kata lain seseorang yang belum bisa keluar dari kondisi stres berkepanjangan disebut dengan burnout syndrome.

Perbedaan kedua dilihat dari gejalanya. Stres merupakan kondisi yang cukup normal dialami para pekerja, malahan jika seseorang memaknai dengan baik kondisi stres bisa menjadikannya semakin kreatif untuk mencari jalan keluar atau solusi atas permasalahan yang dihadapi. 

Ilustrasi mengatasi burnout syndrome (Sumber: tempost.tistory.com)
Ilustrasi mengatasi burnout syndrome (Sumber: tempost.tistory.com)

Berikut ini gejala-gejala seseorang yang mengalami burnout syndrome :

Fisik mudah merasa lelah
Pada saat seseorang mengalami stres, maka dapat memicu produksi hormon kortisol. Hormon ini sebenarnya memiliki peranan sebagai penyeimbang bagi tubuh saat menghadapi fight of flight responses (ketika tubuh menghadapi tantangan baik mental maupun fisik). Hormon kortisol lah yang bisa mengendalikan kondisi emosional seseorang. 

Namun jika hormon kortisol ini diproduksi terlalu berlebihan oleh tubuh kita, maka dapat menjadi penyebab rasa lelah. Itulah alasan mengapa orang yang mengalami stres kronis (burnout syndrome), tubuhnya sangat mudah merasa lelah dan badannya gampang capek.

Mengasingkan diri dari lingkungan kerja dan kehidupan sosial
Burnout syndrome cenderung membuat seseorang merasa muak dengan rutinitas pekerjaan sehari-hari. Semua tugas-tugas yang diberikan membuatnya merasa frustasi. Dan pada akhirnya tidak peduli dengan lingkungan di sekitarnya. 

Performa kinerja mengalami penurunan
Akibat stres dan frustasi dengan tugas-tugas pekerjaan membuat seseorang menjadi tidak produktif. Performa kerjanya tertinggal dibandingkan dengan rekan kerja lainnya. Tidak memiliki ide atau inisiatif bahkan motivasinya dalam bekerja sudah sangat luntur.

Tidak fokus dalam bekerja
Burnout syndrome juga membuat seseorang kehilangan fokusnya. Dirinya hanya memikirkan beban masalah yang menurutnya tak kunjung selesai dan membuatnya tertekan. TIdak fokus pada penyelesaian, malahan fokus pada masalahnya saja.

Kabar gembira bagi kita adalah burnout syndrome bukanlah sebuah penyakit. Melainkan keadaan atau kondisi 'psikis' yang dialami oleh manusia umum. 

Nah... bagi anda yang mungkin saat ini mengalami kondisi burnout syndrome, di bawah ini adalah cara menghentikannya.

1. Berterima Kasih kepada Sang Pencipta
Mungkin Anda menganggap klise dan receh. Tapi coba renungkan sejenak

 "Saat ini kita memiliki pekerjaan yang bisa memberikan penghasilan untuk diri pribadi maupun keluarga. Sadari bahwa di luar sana jutaan orang masih berusaha mencari pekerjaan, jutaan orang hidup dalam kekurangan. Sedangkan kita masih diberikan pilihan hidup yang barangkali sedikit lebih beruntung. Maka sangat wajar jika kita seharusnya bersyukur bukan...??? "

Bersyukur tidak hanya kita lakukan ketika mendapat hadiah undian 1 Miliar. Namun bersyukurlah dalam setiap keadaan yang kita alami saat ini (sedih, senang, susah, bahagia, sulit dan apapun itu) karena momen ini akan membawa kita kepada kehidupan yang lebih baik. Sang Pencipta mengijinkan kita ada di dunia karena suatu alasan yaitu 'Hidup Bahagia'.

2. Menjalankan prinsip hidup 'Worklife Balance'
Hidup tidak melulu soal pekerjaan. Pada prinsipnya setiap manusia adalah makhluk yang berkehendak bebas (Free Will). Zaman perbudakan sudah berakhir ratusan tahun yang lalu, dan sejatinya kita bukan budak. Kita tidak dimiliki oleh siapapun dan apapun. 

Seseorang yang mengalami burnout syndrome sama artinya diperbudak oleh pekerjaan atau perusahaan tempatnya bekerja, sampai-sampai lupa kalau dia adalah manusia bebas. Maka berikan keseimbangan antara kehidupan pekerjaan dengan kehidupan pribadi anda.

Mengambil jeda di antara ruang sempitnya kehidupan pekerjaan, bisa sangat cepat menurunkan stres. Sebagai contoh, mintalah ijin kepada atasan untuk cuti 1-2 hari. Matikan semua alat komunikasi dan media sosial anda. 

Keseimbangan hidup (Sumber: www.life-change.org)
Keseimbangan hidup (Sumber: www.life-change.org)
Luangkan waktu untuk diri sendiri (bagi yang jomblo), atau dengan pasangan anda seharian penuh tanpa ada distraksi. Lakukan travelling mendatangi tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Atau bisa juga menonton film seharian di rumah.

3. Menemukan passion baru
Manusia dilahirkan dengan beragam keunikan dan kecerdasan yang berbeda-beda. Menggali potensi diri bisa cukup membantu kita menghentikan burnout syndrome. Misalnya, kalau anda senang dengan kegiatan fisik lakukan olah raga rutin. 

Bangun lebih pagi kemudian running atau bersepeda selama 20-30 menit. Menikmati suasana, menghirup segarnya udara pagi sangat menenangkan tubuh dan keadaan hati kita. 

Atau segala jenis passion lainnya seperti menulis artikel, memasak, berkebun, dan lain-lain. Intinya adalah anda melakukan sesuatu yang anda senangi (hobi) dan lakukanlah berulang-ulang bahkan sampai menjadi sebuah kebiasaan diluar rutinitas kerja.

4. Berinteraksi sosial
Tak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dan oleh karenanya setiap manusia menuntut eksistensi atas dirinya. Jalin pertemanan dengan siapapun asal positif. 

Pertemanan yang saya maksud disini bukan hanya pertemanan di dunia maya seperti Facebook atau Instagram. Bertemanlah secara live dengan orang lain. Lakukan interaksi dengan frekuensi yang bisa anda atur diluar jam kerja. 

Luangkan waktu untuk social life anda. Karena saat kita berinteraksi, ada komunikasi disana. Anda memiliki panggung untuk bercerita dan ada pendengar yang memperhatikan. Minimal apa yang menjadi beban anda sedikit banyak bisa tercurahkan ketika anda ber social life. 

Namun di sisi lain, andapun juga harus siap menjadi pendengar ketika ada teman yang ingin bercerita. Setiap manusia pada dasarnya senang didengarkan karena faktor eksistensi dan aktualisasi diri. Jangan menjadi teman yang menguasai panggung sendirian. 

5. Membuat diri kta selalu dalam kondisi 'flow state'
Setiap manusia akan mengalami salah satu dari 4 kuadran kehidupan di atas. Sebelum lebih jauh menjelaskan kuadran kehidupan, saya jelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan 'visi'.

Visi berasal dari bahasa inggris 'vision' yang artinya adalah penglihatan. Dalam konteks self empowerement, visi biasa diartikan sebagai goals atau tujuan. 

Visi yang akan membuat seseorang bergerak. Visi dapat memberikan arti bagi kehidupan, sebaliknya tanpa visi, maka kehidupan seseorang cenderung terjebak dan berputar di situ-situ saja.

Life Quadrant (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Life Quadrant (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Tidak punya visi dan tidak happy adalah kondisi di mana seseorang merasa frustasi. Kehidupan tanpa arah dan tujuan akan membawa kita kepada tempat yang tidak jelas. 

Keadaan itu semakin diperparah ketika seseorang juga merasa tidak bahagia dengan hidupnya. Keadaan ini dapat membawa seseoang menjadi depresi.

Punya visi tapi tidak happy adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa cemas, ragu dan khawatir berlebihan. Khawatir jika tujuannya tidak tercapai, tidak yakin dengan kemampuan diri sendiri. Timbul keraguan karena banyaknya ujian dan cobaan. 

Biasanya kondisi ini terjadi kepada seseorang yang terlalu kuat logikanya. Semua serba dikalkulasi dan diperhitungkan. Pada akhirnya meskipun toh tercapai, namun sebenarnya belum pada kapasitas tertinggi yang dia bisa. Atau bahkan seringnya justru tidak tercapai karena kecemasan adalah sumber pertama kegagalan.

Tidak punya visi tapi happy adalah suatu kondisi dimana seseorang terjebak. Bayangkan seseorang yang kecanduan main game. Dia memiliki tujuan yaitu menyelesaikan tantangan di dalam gamenya, tapi apakah tujuan itu bermanfaat untuknya di masa sekarang dan masa depan? Jawabannya tentu tidak, karena kecanduan game bisa membuat anda larut dan membuang-buang waktu. 

Main games (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Main games (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Kalau main game sekedar break rutinitas, mungkin masih bisa di toleransi, namun jika sudah menjadi candu, itu sangat berbahaya. Banyak jenis kecanduan lainnya yang membuat kita happy tapi tidak bermanfaat. 

Punya visi dan happy adalah suatu kondisi dimana seseorang berada dalam 'flow state'. Sepertinya apa yang dilakukan, apa yang dijalankan semuanya berhasil. 

Visi yang membuatnya bergerak, meyakini visi itu tercapai, senang dalam menjalankannya adalah kunci bagi seseorang untuk mencapai kesuksesan dan keberhasilan dalam hidup.

Caranya untuk berada dalam 'flow state' adalah dengan menciptakan visi kemudian berikan emosi positif.

6. Berkonsultasi dengan psikolog atau mengikuti sesi hipnoterapi. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya bahwa burnout syndrome adalah problem psikis. Jadi jika problem tersebut terlalu akut dan tidak mampu diatasi sendirian, solusi terakhir adalah konsultasikan dengan psikolog atau dengan mengikuti sesi hipnoterapi. 

Mengubah mindset perlu niatan yang kuat. Psikolog maupun praktisi hipnoterapi bisa membantu untuk menciptakan sebuah mindset yang ideal baik di kehidupan karir dan pekerjaan maupun kehidupan pribadi anda.

" Hidup di masa lalu membuatmu menyesal, hidup di masa depan membuatmu cemas karena sejatinya semua yang terjadi adalah hasil dari keputusanmu hari ini " The Architect

-AP-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun