Inti cerita, walaupun tidak ada niatan langsung dari Tonya untuk melukai Nancy Kerrigan, namun pengadilan memutuskan bahwa Tonya Harding harus lebih dini menutup karirnya di dunia Ice Skating. Dirinya tidak diperkenankan untuk kembali lagi menginjak "rumput" Ice Skating. Sebuah cerita yang uniknya, hampir mirip dengan sebuah kasus yang baru berkembang akhir-akhir ini.
Kasus "unik" ini memang cukup langka terjadi dalam dunia sepakbola. Milyaran orang didunia sudah tahu bahwa sepakbola adalah permianan kolektif yang bukan bermuara kepada satu individu saja. Namun, dalam kasus langka ini, ada satu individu yang "terlihat" mengedepankan prestasi dirinya sendiri tanpa memikirkan perasaan anggota tim lainnya.
Harry Kane, sang raja gola Spurs sekaligus Top Skor EPL dalam dua musim terakhir, mulai ketakutan kalau dirinya bakal gagal "Hat Trick" untuk ketiga kalinya sebagai pencetak gol terbanyak liga.Â
Sebuah prestasi yang bahkan tidak dapat diukir seorang Cristiano Ronaldo. King Kane mulai terlihat panik ketika Mo salah, pesaing gelar Top Skor mulai menjauh dari kejaran. Saat itu, winger Liverpool sudah mengemas 29 gol di liga. Sedangkan Kane masih tertinggal 5 gol di belakang Salah. Yang kemudian terjadi adalah sebuah cerita unik yang mungkin akan terus menjadi lelucon dan bahan kelakaran para Hooligans yang nongkrong di pub seputaran London, hingga para pekerja tambang di Chile yang mengikuti intens drama Liga Inggris.
Tidak puas timnya berhasil meraih 3 poin penting, Harry Kane malah merengek ke sang pelatih, Mauricio Pochettino bahwa gol kedua yang dilesakan Eriksen mengenai dirinya terlebih dahulu sebelum berbelok masuk ke gawang yang dikawal Jack Butland. Kane bersikeras agar gol kedua tersebut ditinjau ulang oleh Panelis Liga Inggris.Â
Hasil yang diinginkan Kane pun terkabul, layaknya permintaan anak kecil yang merengek ingin minta dibelikan es krim vanila oleh ibu nya. Hasil panelis memutuskan bahwa gol kedua tersbeut milik Harry Kane bukan Christian Eriksen. Sebuah keinginan yang sebelumnya diiringi oleh sumpah Kane atas hidup putrinya ketika diwawancarai BBC sesudah pertanidngan, bahwa goal tersebut sungguh -- sungguh milik dirinya. Sebuah tindakan sepele, namun dipercaya akan membawa dampak besar.
Andai Harry Kane yang sering dipercaya mengenakan ban kapten Spurs, mau berfikir lebih panjang, dia pasti tidak akan melakukan tindakan konyol tersebut. Dampak yang kan terlihat pasti sangat beragam. Pertama, kita mulai dari dampak luar yang menghasilkan beragam pandangan untuk seorang Harry Kane, dan itu semua dapat dilihat dari pergolakan dunia sosial media. Kemenangan Kane sempat menjadi hot issue yang cukup hangat dalam beberapa hari.Â
Namun yang tidak enak adalah, trending Topic yang bermuara kepada Harry Kane ini dibungkus dalam jutaan jokes yang jika dibaca satu persatu bisa membuat kita ketawa terpingkal-pingal 3 hari 3 malam. Beragam jokes yang beredar, mulai dari orang yang rela "diklaim" mantannya oleh Kane, hingga jokes yang meminta agar Kane merebut gol tangan tuhan Maradonna tahun 1986. Namun, yang tidak kalah memalukan adalah ketika para pemain sepakbola ikut berkomentar lewat akun sosial media mereka.
Mo Salah yang dipercaya menjadi alasan utama Kane berbuat sekonyol itu, juga ikut berkomentar (walau berbentuk pesan tersirat, namun dipercaya menyindir Harry Kane) yang kemudian diikuti oleh Jamie Verdy (rekan duet Kane di timnas) hingga Gary Lineker dan Alan Shearer, legenda Inggris yang secara tersirat malu akan kasus ini. Hebatnya, Kane sendiri tidak terganggu dengan beragam berita dirinya. Dikutip dari BBC online, Striker The Three Lions ini menganggap hal ini sangat lumrah. Sesuatu yang wajar dan bisa saja siapapun akan bertindak seperti dirinya. Hmm, kali ini saya tidak yakin sih semua striker akan berfikir sama.
Dimana dampak berikutnya adalah, dampak kedua yang menjadi poros dari kasus "sepele" ini adalah pergolakan didalam tim Spurs sendiri. Ketika semua sorotan mengarah kepada Harry Kane, apakah Kane sendiri tidak berfikir bagaimana perasaan seorang Christian Ericksen.Â