Masalahnya, hampir setiap musim Wenger selalu mencoba formasi baru yang terkadang menjadi sangat absurd. Pola 4-3-3. 4-3-2-1, 4-2-3-1, hingga 4-6-0 sudah pernah dicoba Wenger setiap musimnya. Penonton dibuat geleng-geleng kepala melihat bagaimana Wenger ingin menyulap Mesut Oezil dari yang "bawaan lahirnya" sebagai seorang playmaker sejati, diubah menjadi seorang winger.Â
Belum lagi formasi 3-5-2 yang coba diterapkan selama musim lalu, yang jelas-jelas formasi ini mempunyai celah terlalu banyak. Lebih tepatnya, Wenger sudah tidak terlalu canggih menanggapi percepatan strategi yang terus berubah. Namanya juga orang tua.
Keenam adalah, pemain bintang yang mendekati kelas medioker. Arsenal bolehlah sebuah klub dengan cerita masa lalu yang besar. Namun melihat permainan serta pemainnya saat ini. Sungguh sangat biasa. Penonton rindu dengan sebelas pemain bintang yang biasa bercokol di starting line up Arsenal. Henry, Bergkamp, Overmars, hingga Sol Campbell.Â
Kurang ciamik apa coba?. Namun sekarang? Bukannya merendahkan, jika melihat starting eleven yang berisi Chalum Chambers, Rob Holding, Elneny, hingga Iwobi bukanlah starting eleven yang seharusnya ada di list klub "sekeren" Arsenal. Andaikan list pemain tersebut bercokol di klub macam Swansea atau Stoke City, kita sebagian masih paham.
Melihat beberapa transfer pemain hebat yang lepas begitu saja, hingga pertukaran pemain Cuma-Cuma, bukan menggambarkan kehebatan klub sebesar Arsenal. Pernah melihat starting eleven (bayangan Wenger andai pemain incaran nya tidak lepas?), didalamnya tercantum nama Messi dan Ronaldo. Namun apa dikata, yang ditangkap melebih skillkedua pemain tersebut: Lord Bendter.
Alasan selanjutnya yang kedelapan, termasuk alasan yang bikin geram kita sebagai penonton yang hanya menonton dan mengikuti berita Arsenal sesaat saja. Jujur saja, Arsenal sering mengecewakan untuk salah satu klub yang menyandang nama besar.Â
Mereka terlalu mudah untuk kalah di beberapa pertandingan melawan tim gurem, atau pertandingan yang masing berada di stage atau babak awal kompetisi. Masih ingat beberapa minggu lalu, Arsenal disingkirkan Nottingham Forrest di putaran ketiga piala FA. Coba diingat-ingat lagi, posisi Arsenal sebagai apa? Yup, 100. Sebagai JUARA BERTAHAN.
Kesembilan, alasan yang terkadang menjadi kita ikut sebal dengan Arsenal adalah bahwa mereka selalu mengagungkan diri sebagai klub besar di Inggris. Okelah, mereka adaah salah satu klub tertua yang berdiri di Inggris. Klub besar? Belum tentu, kalau jawabannya masa lalu, baru boleh. Nah, yang menjadi masalah adalah, jika memang Arsenal dikatakan dan (sering) mengatakan sebagai klub besar, Just Act like it. Buktikan kalau mereka memang klub besar. Bukan hanya klub yang besar pada jaman dahulu.
Indikator utama yang menjadi bukti sebuah klub besar adalah gelar. Itu yang menjadi alasan kesepuluh. Arsenal terkenal sebagai klub yang nirgelar besar. Mereka terlalu sering meraih gelar minor. Piala FA (13 kali) dan Community Shield sebanyak 15 kali adalah menjadi gelar terbanyak yang bersemayam di lemari klub. Gelar besar yang paling mendekati adalah kemenangan terakhir sebagai juara Liga Inggris, which is itu adalah 14 tahun terakhir. Bukti lagi? Mereka pernah sangat-sangat nyaris menang Liga Champions. Tapi ya karena mereka adalah Arsenal, maka mereka dengan baik hati menyerahkan piala kuping besar itu ke Barcelona.