Novel ini juga berbeda dengan buku-buku generasi lama yang mungkin membuat pembaca bingung karena kata-kata asing atau kurang familiar. Pada novel Merantau ke Deli, penulis menjelaskan kata-kata yang ia tulis dengan bahasa asing, seperti poenale sanctie, voorschot, dan wervers.Â
Hal ini memainkan peran sangat penting dalam novel karena pembaca menjadi mampu mengikuti alur cerita secara lengkap dan mendorong keinginan pembaca untuk lanjut membaca. Ditambah dengan ejaan dan kata-kata yang sangat sesuai saat menggambarkan keadaan di cerita.Â
Adegan marah, sedih, dan bingung dengan intonasi dan nada, seperti pemilihan kata dan tanda baca untuk intonasi marah tersampaikan dengan sesuai. Penulis juga mampu menceritakan setiap kesulitan tokoh dengan sangat baik sehingga pembaca bisa merasakan beratnya masalah yang dialami setiap tokoh, seolah-olah pembaca disihir oleh penulis untuk masuk ke dalam cerita.
Masalah-masalah yang dipaparkan adalah salah satu daya tarik pula. Hal ini adalah keunikan dan kelebihan karena bisa memenuhi rasa pengetahuan pembaca mengenai sejarah Indonesia dalam aspek lokasi, masalah sosial, dan kebudayaan. Masalah suku-suku daerah kuno Indonesia yang kerap jarang terjadi di era modern ini.Â
Bagaimana perempuan diperlakukan oleh suami dan hak perempuan juga bisa diamati perbedaan yang sangat distingtif. Seolah-olah melihat evolusi masyarakat Indonesia dalam menanggapi masalah dalam pernikahan serta melihat juga fleksibilitas aturan antar suku atau masyarakat Indonesia.
Sayangnya, pembaca masih berpotensi untuk bingung karena peletakkan kata dalam beberapa kalimat memang kurang teratur, berhubung ini adalah karya novel sekitar 80 tahun yang lalu. Alangkah baiknya, beberapa posisi kata teratur dan kata-kata dalam kalimat dalam novel ini ditulis dengan tanpa berbelit-belit sehingga mempermudah proses membaca di kalangan umur apapun.Â
Meskipun begitu, cerita mengandung tidak hanya alur yang menarik dan seru, tetapi juga sangat berkualitas dalam aspek pengetahuan sosial mengenai adat-adat, sejarah indonesia, variasi aturan adat, bagaimana perempuan dipandang dan diperlakukan pada pada zaman itu, perbedaan hak-hak suami istri menurut suku tertentu, daerah-daerah di Indonesia, dan pastinya amanat yang sungguh menggerakan hati pembaca.
 Oleh karena itu, saya merekomendasikan ke semua kalangan umur terutama remaja karena mengandung nilai-nilai hidup seperti daya juang, kebijaksanaan, dan cinta kasih yang sangat bermanfaat untuk diterapkan sebagai moral-moral hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H