Mohon tunggu...
Thea Alethia
Thea Alethia Mohon Tunggu... Mahasiswa - student

hi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Resensi Merantau ke Deli

4 Oktober 2021   18:55 Diperbarui: 4 Oktober 2021   19:15 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Ternyata, ia memutuskan untuk bertemu seorang gadis Minangkabau bernama Mariatun yang berpotensi untuk menikah dengannya. Ketika Leman menjatuhkan mata pada Mariatun, ia langsung terkagum-kagum dan wajah perempuan itu terus terbayang oleh Leman. 

Adat Minangkabau yang bersifat menuntut dan keras menimbulkan kebimbangan dan kekhawatiran Leman mengenai keputusan Leman untuk menaati adat Minangkabau atau tetap bersama Poniem yang masih ia sayangi dan berjanji untuk tidak menduakan ataupun meninggalkannya. Konflik-konflik semakin membara dan menegangkan seiring berjalannya cerita, dimana pilihan Leman sangat signifikan karena menentukan nasib-nasib para tokoh lainnya.

Setahun setelah Hamka menuliskan dan menerbitkan buku Di Bawah Lingkungan Kabah, novel Merantau ke Deli ini diterbitkan. Novel yang berorientasi pada kisah seluk beluk lelaki asal Minangkabau dan perempuan asal Jawa yang memutuskan untuk menikah dengan perbedaan adat yang sangat signifikan, serta bagaimana watak kedua tokoh dan perilaku berkembang sepanjang berjalannya cerita. 

Selain itu, novel ini ditulis berdasarkan pengalaman nyata penulis yang membuat novel ini istimewa, berhubung Hamka sempat berprofesi sebagai wartawan sekaligus guru agama di Pasar Bajalinggai dekat Tebing Tinggi di Deli saat tahun 1928, sebelum ia menggapai cita-citanya sebagai ulama dan sastrawan.

Keunikan ini sungguh istimewa karena jarang dimiliki buku lainnya yang mungkin sebagian besar novel non fiksi pun tidak miliki. Hal ini juga terbukti dengan kespesifikan penulis mengenai penjelasan tentang kota Deli. Ditambah, pemberian gambar-gambar kota Deli yang tertera pada setiap awal bab pada zamannya mendukung pembaca mengikuti dan menghayati cerita.

Novel yang begitu menagihkan dan tidak membosankan karena kemampuan penulis menuliskan alur dengan rinci dan tidak adanya alur maju atau mundur yang berpotensi membingungkan pembaca, serta kata-kata yang digunakan adalah kata-kata sehari-hari sehingga cerita mudah dipahami. 

Selain itu, pengetahuan baru mengenai adat Minangkabau yang sangat kuat juga tertera dengan jelas dan lengkap, dimulai dari syarat menikah, kewajiban saat mempunyai anak, dan peraturan dalam pernikahan. Bahkan, perspektif dan cara pandang suku Minangkabau yang juga dijelaskan sepanjang cerita menonjol di alur.

Selain dari kejelasan penyampaian alur, pendeskripsian tentang tempat-tempat yang dikunjungi juga tidak kalah keren. Pendeskripsian yang sangat rinci membuat pembaca mampu membayangkan tempat pada zaman itu sebab disertai latar suasana, latar waktu dan kata-kata sifat yang menjelaskan lokasi. 

Hal ini tampak saat Hamka menuliskan tentang Deli, yaitu Deli yang ramai dan riuh pada setiap awal bulan, banyak orang bermain judi, ratusan kuli bekerja, dan para pedagang yang sering berteriak memanggil anak-anak untuk membeli barang dagangannya, yang tertera di bab satu. Oleh karena itu, berpotensi untuk memenuhi rasa keingintahuan pembaca atas kondisi tempat-tempat zaman dahulu.  

Meskipun penyampaian secara implisit, sangat terlihat bahwa penulis kurang menyukai dan menyetujui aturan-aturan adat Minangkabau, berhubung Hamka adalah orang asli Minangkabau. 

Ia seperti menyindir secara halus pada saat mendeskripsikan orang-orang suku Minangkabau. Orang-orang Minangkabau yang tidak menghargai sikap Poniem yang sopan dan berbaik budi, melainkan hanya melihat aspek asal Poniem, yaitu Jawa, dan menyarankan Leman untuk menikah lagi dengan gadis lain yang bersuku Minangkabau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun