Ibu bilang aku si kerempeng berhati banteng,
Banteng Marhaen yg lahir dari amanat penderitaan rakyat
Rakyat kecil yg teraniaya oleh sistem kapitalis para borjuis
Para borjuis yg berpesta dengan keringat, darah dan air mata kaum ku
Para borjuis yg menggunakan jargon - jargon kemakmuran dan dalil - dalil agama untuk menipu
Ibuku juga berkata;Â akulah banteng penerima mandat amanat penderitaan rakyat
Banteng Marhaen yg akan menyeruduk dan menanduk untuk menghancurkan sistem kapitalis kaum borjuis
yang menyengsarakan kaumku....
Siapakah aku??... dan, apakah aku mampu untuk menunaikan tugas berat itu??...
dan ketika aku ragu,...
lalu kulihat tubuh kurus kering mengaduk tumpukan sampah,
Juga kulihat seorang anak kecil menadahkan tangan meminta - minta,
dan diseberang sana petani tua duduk meratap di pinggir sawah bekas miliknya, maka....
Hatiku membuncah seperti banteng mendengus, dan gumamku; Jika bukan sekarang kapan lagi!!
Aku ambil tanggung jawab itu, walau aku tau mereka pasti melawan dan terus melawan...
tetapi; kekuatanku adalah NIAT TULUS
dan cita - citaku adalah: menyelesaikan cita - cita bapak bangsaku, yg berkata:
"Kamu bukanlah Bangsa tjatjing,
kamu adalah Bangsa berkepribadian Banteng!
Hajo, madju terus!
Djebol terus!
Tanam terus!
Vivere pericoloso!
Ever onward, never retreat!
Kita pasti menang!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H