SANTET. Sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat mengenai kata santet. Kata santet berasal dari singkatan bahasa Jawa "mehsisan benthet", memiliki arti sekalian rusak. Atau juga ada yang menyebutkan "mehsisan kanthet" Yang berarti sekalian lengket.Â
Santet sendiri biasa digunakan orang Jawa untuk mencelakai seseorang. Praktek santet sangat terkenal di Banyuwangi Jawa Timur. Namun, bukan berarti daerah lain di Nusantara tak memiliki ilmu seperti santet.
Di Jawa Barat terkenal istilah teluh, ganggoan, dan sogna. Masyarakat Bali menamainya dengan desti, teluh, tenang jana. Dan di Sumatera dikenal dengan begu ganjang. Dan banyak lagi.Â
Ilmu santet dipandang sebagai ilmu hitam oleh sebagian besar masyarakat. Namun penggiat ilmu santet tidak setuju akan hal tersebut. Pasalnya santet dibagi menjadi 4 warna, Yaitu hitam, merah, kuning, dan putih.
Santet hitam digunakan untuk mencelakai seseorang, merah untuk mempermalukan seseorang, kuning untuk kasih sayang, dan santet putih untuk pengobatan.Â
Di Jawa sendiri cerita mengenai santet yang terkenal adalah cerita Calon Arang. Berbicara mengenai asal muasal santet pertama kalinya tidak dapat diketahui secara pasti. Karena praktek semacam santet tidak hanya ada di Indonesia.Â
Di benua Eropa dan Amerika mereka mengenal voodoo. Dan praktik tersebut telah ada sejak abad 15-18 M praktek ini banyak ditemukan di Eropa dan Amerika.Â
Sarana untuk menyantet pun ada berbagai macam, dapat dengan foto, potongan kuku, beberapa helai rambut, tanah, dan masih banyak lainnya. Sedangkan pengobatan santet untuk saat ini belum ditemukan peralatan medis yang dapat menangani kasus ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H