PENDAHULUAN
Manusia tentunya memiliki agama atau kepercayaan. Agama sendiri memiliki arti sebagai sistem yang mengatur tata keimanan dan pribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Salah satu agama yang ada yaitu agama islam. Dalam agama islam sendiri terdapat satu bulan yang sangat dinanti yaitu bulan Ramadhan. Pada bulan Ramadhan ini penganut agama Islam melaksanakan puasa dengan menahan segala hal yang dapat membatalkan puasa seperti makan, minum dan lainnya dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.Â
Dengan menahannya makan dan minum yang terbilang cukup lama hal ini menjadi perbincangan bagi penderita maag. Penderita maag atau gatritis di Indonesia terbilang cukup banyak, dikuatkan dengan hasil WHO yang mengatakan bahwa angka kejadian maag di Indonesia mencapai 40,8% dan menempati urutan ke empat dengan jumlah penderita penyakit maag terbanyak yaitu 430 juta penderita maag. Menurut hasil penelitian dan pengamatan Departemen Kesehatan RI ada banyak kota yang tingkat penderita maagnya tinggi yaitu di kota Medan yang mencapai 91,6%, Denpasar 46%, Jakara 50%, Palembang 35,35%, Bandung 32,5%, Aceh 31,7%, Pontianak 31,2% dan Surabaya 31,2% (Dewantoro, 2019 : 2).
Berdasarkan profil kesehatan di Indonesia tahun 2012, maag merupakan salah satu penyakit dalam 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 30.154 kasus (Novitasary, 2017 : 2). Umumnya penyakit maag ini diderita oleh kalangan remaja yang disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur, gaya hidup, dan aktivitas yang meningkat sehingga tidak sempat untuk mengatur pola makannya dengan baik. Selain faktor pola makan yang buruk dan gaya hidup, penyakit maag juga dapat disebabkan karena kebiasaan mengonsumsi kafein, makanan pedas ataupun alkohol yang berlebihan.
Gejala yang dirasakan pada penyakit maag ini terdapat berbagai macam diantaranya yaitu nyeri pada ulu hati, mual, muntah, lemas, nafsu makan menurun, wajah pucat, keluar keringat dingin, sering sendawa dan dapat muntah darah apabila kondisinya sudah parah. Meninjau dari penelitian sebelumnya dari (Firmansyah, 2015) maka penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berpuasa terhadap penyakit maag.
PEMBAHASAN
Sakit maag merupakan suatu keadaan dimana mukosa lambung mengalami peradangan atau pembengkakan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Penyakit ini apabila dibiarkan dapat menyebabkan kerusakan pada fungsi lambung, kanker atau bahkan kematian (Mulat, 2016). Sakit maag umumnya disebabkan oleh pengeluaran asam lambung yang berlebihan yang dipacu oleh pola makan tidak teratur, kondisi fisik, kecemasa, stress, terlalu banyak makan makanan pedas dan asam, merokok ataupun minum-minuman beralkohol (Yusfar dan Ariyanti, 2019).
Berpuasa merupakan kegiatan menahan hal yang dapat membatalkan puasa seperti makan dan minum mulai dari terbitnya fajar sampai dengan tenggelamnya matahari. Berpuasa memiliki manfaat posisitf bagi tubuh, antara lain membantu menurunkan berat badan, sistem pencernaan bersih, dan meremajakan sel-sel yang membuat tubuh kebal. Akan tetapi, kegiatan ini menimbulkan presepsi terhadap masyarakat bahwa puasa dapat memperburuk penyakit maag dikarenakan menahan makan dan minum yang terbilang cukup lama.Â
Presepsi tersebut tidak sepenuhnya benar. Menurut (Indra, 2016) Â penyakit maag sesungguhnya dibagi menjadi 2 macam yaitu maag fungsional dan maag organik. Pada penderita maag fungsional berpuasa merupakan kegiatan yang menyehatkan sedangkan pada penderita maag organik dalam melakukan kegiatan berpuasa harus lebih berhati-hati karena dapat menyebabkan pendarahan. Hal tersebut dikarenakan pada maag organik terjadi kelainan anatomis seperti luka pada lambung sedangkan maag fungsional hanya fungsinya yang terganggu, lambung dan usus 12 jari dalam keadaan normal.
 Berpuasa sendiri juga dapat menjadi alternatif terapi yang dapat menyehatkan tubuh. Dengan melakukan kegiatan berpuasa pola makan akan lebih teratur, merokok, memakan makanan berlemak, asam dan pedas lebih berkurang dan terkontrol. Selain itu emosi seperti marah, cemas atau stress juga lebih stabil sehingga gejala maag yang akan timbul juga berkurang (Indra, 2016).Â
Oleh karena itu berpuasa dapat disimpulkan bahwa berpuasa memiliki pengaruh yang baik dan tidak memperburuk penyakit maag. Penderita penyakit maag dapat melakukan kegiatan berpuasa akan tetapi tetap berhati hati dan melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter bila perlu.