Mohon tunggu...
Thareq Mohammad Ainun
Thareq Mohammad Ainun Mohon Tunggu... Penulis - Laman opini

"Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin." - Soe Hok Gie

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Orientalisme dan Narasi Konfrontatif antar Kaum Pancasilais dan Kaum Islamis

23 Maret 2020   00:07 Diperbarui: 23 Maret 2020   00:07 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Islam yang sebenar-benarnya tidak pernah menganjurkan pengikutnya untuk melakukan tindak intoleransi terhadap pengikut agama lain. Islam pun tidak pernah membeda-bedakan warna kulit serta budaya.

Islam hadir sebagai anti-thesis budaya arab kala itu yang sedang mengalami pembusukkan. Islam sama sekali tidak mengajarkan penindasan dalam bentuk apapun termasuk perilaku intoleran. Rasulullah SAW membawa Islam untuk seluruh umat manusia, tidak peduli ras, etnis, kondisi fisik maupun mental. Sebagai agama yang membela kaum tertindas bukan malah menindas, meneriakkan revolusi bukan malah menjadi kaum kolot.

Belakangan kaum agamis khususnya islamis dianggap menjadi kaum kolot. Ya, sekali lagi memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada beberapa individu yang berlaku amat kolot. 

Stigma terhadap kaum agamis ini agaknya cukup mirip dengan pandangan masyarakat Barat terhadap masyarakat Timur Tengah. Orientalism (1978), sebuah buku karya Edward Said bisa dibilang menjadi dobrakan dalam ranah studi negara-negara Timur Tengah dan menjadi salah satu studi baru dengan adanya teori post-kolonial. 

Buku ini berisikan studi tentang negara-negara Timur Tengah yang meliputi tipikal masyarakat yang tinggal di Timur Tengah serta perilaku dan kebiasaan masyarakat yang tinggal di Timur Tengah meskipun Edward Said sendiri belum pernah secara langsung melihat kondisi empirik. 

Buku ini, secara garis besar, berusaha memberikan pemahaman perihal individu maupun masyarakat yang berbeda dari masyarakat Eropa kala itu.

Edward Said mengatakan, masyarakat Eropa maupun Amerika melihat masyarakat Timur Tengah sebagai ancaman. Hal ini disebabkan perbedaan pola kehidupan dari kedua kelompok besar masyarakat tersebut. 

Bahkan, muncul anggapan bahwasanya penjajahan yang dilakukan negara-negara Eropa merupakan bentuk civilization untuk masyarakat Timur Tengah.

Paham Orientalisme dapat dikontekstualisasikan ke dalam konteks di Indonesia saat ini. Sebutan 'sobat gurun' dan lainnya oleh kaum 'pancasilais' terhadap kaum 'agamis' khususnya 'islamis' sedikit banyak, walau tidak sepenuhnya, menimbulkan kesan yang sama dengan pandangan masyarakat Barat terhadap masyarakat Timur Tengah. Mungkin memang tidak se-ekstrem menjustifikasi penjajahan, tapi tetap memiliki narasi yang mirip.

Hal ini muncul karena memang ada pihak yang mau menanamkan narasi-narasi konfrontatif antar kedua kubu yang sebenarnya tidak jua bisa dibilang berbeda. 

Pernyataan-pernyataan orang-orang yang mendapat sorotan lampu tentu menjadi kemewahan tersendiri untuk agenda penanaman narasi tersebut seperti yang telah disinggung diatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun