Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kritik adalah Kertas Hitam Putih Media Sosial

1 Agustus 2021   18:51 Diperbarui: 1 Agustus 2021   19:38 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aktif produktif ber media sosial anda musti kuat dikritik. Itulah resiko ketika keberpihakan tidak terhindarkan tampil di media . Mana ada sikap netral dalam berselancar di medsos apalagi terkait politik. Tetap saja subjektifitas bermain di opini manusia. Sejatinya Kritik adalah kertas hitam putih media sosial

Oleh karena itu wajar kritik datang dari sesiapa saja yang merasa tak sepaham seidea. Lucunya kritik itu tidak selalu objektif bersebab rivalitas bermain disana. Atau juga karena kepandiran dan asal bacot saja tanpa membaca tulisan secara utuh.

Sudah lama juga tidak mendapat kritik. Ahad,1 Agustus 2021 di portal disway.id awak mendapat tanggapan dari 2 penggemar tulisan Bapak Dahlan Iskan . Satu tanggapan cukup cerdas menanyakan link dimana awak posting artikel 2 T Versi Dahlan Iskan.

Tangapan ke 2 agak aneh. Entah siapa nama asli nya, dia menulis "isinya cm copy paste dari disway.id ke kompasiana" Berdasarkan pengalaman ber media sosial 11 tahun awak tidak terpancing emosi. Tetap tenang bersebab sudah bisa menilai secara langsung kualitas moral si pemberi tanggapan.

Tanggapan pertama awak sampaikan ungkapan terima kasih atas apresiasi dan langsung memberikan link kompasiana.com/thamrindahlan.

Tanggapan kedua awak menjelaskan bahwa tidak benar tulisan di kompasiana.com copy paste. Langsung saja awak tekankan bahwa anda dipastikan belum membaca artikel tersebut. Ditambahkan bahwa tulisan awak bergenre humaniora dimana diuraikan 2T dari sisi kurs rupiah ke Dolar Amerika dan konversi ke emas logam murni.

Tanggapan di disway.id disebut sebagai replay memang perlu dijawab. Artinya bukan hanya untuk membela diri namun lebih jauh dari itu mengungkapkan kebenaran dan rasa tanggung jawab atas setiap posting di media sosial.

Selain itu para penggemar disway lainnya bisa juga membaca reply demi reply antar penanggap. Apalagi Pak Dahlan Iskan dan Admin disway.id bisa juga mencatat mana nama penanggap yang " asal" dari oknum yang tak jelas latar belakang pendidikan dan juntrungannya.

Itulah resiko ber medsos. Tetap tenang tidak panik namun klarifikasi wajib disampaikan untuk menjawab kritik demi tanggapan. Bolehlah disimpulkan bahwa tanggapan positif dan negatif merupakan Bonus ber media sosial. Selama kita men posting berdasarkan hati nuraii, bukan copas dan menulis secara bertanggung jawab maka tidak ada yang perlu dikuatirkan.

Nah tuan dan puan masih mau juga menulis di soali media. ? Iya iyalah tetap bung. Alasannya tentu karena ingin membela kebenaran versi masing masing. Masalahnya kebenaran itu tak selalu seiring dengan kebermufakatan bersama.

Secara pribadi awak adalah penulis politik. Itu dulu tahun 2014. Ketika itu pilpres membela pasangan calon presiden Prabowo Hatta. Banyak suka terlebih duka. Duka dikritik pihak sebelah.

Sejujurnya awak merasa jengah. Tapi mau dikata apa. Untunglah tulisan bergenre politik tersebut berdasarkan fakta. Berangkat dari rasa tanggung jawab seorang jurnalis sehingga menulis tentang sosok Prabowo berdasarkan apa yang dilihat dan didengar pada kehidupan nyata

Sodara. Kritik dari pembaca beragam pula. Bergantung latar belakang mereka. Selama kritik itu fokus pada materi tulisan awak berikan apresiasi terkadang juga terima kasih segala.

Namun pabila kritik out of content maka komentar itu bisa dikategorikan sebagai hujatan. Untuk tanggapan seperti ini tak perlu dibalas karena hanya membuang buang enerji saja bukan?

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Selain itu resiko menulis tentang politik berakibat pertemanan antar sesama penulis menjadi sedikit berubah. Perbedaan pilihan politik adalah hak azazi manusia sehingga tak elok pula saling memaksa.

Terakhir awak ungkapkan tentang kritik membabi buta. Walaupun berusaha diabaikan namun mengganggu akal pikiran juga. Bayangkan sodara ketika menerima hujatan yang membawa bawa nama khewaniah. Manusia normal mana tidak tersinggung astaqfirullah

Pengalaman menulis genre politik tidak sirna begitu saja. Rekam jejak haru biru dihujat terrekam dalam buku Prabowo Presidenku. Bersyukur buku ini best seller pada masanya. Sampai hari ini ketika anda search kosa kata Prabowo Presidenku maka seketika muncul tawaran penjualan buku dari media online.

Kritik bisa hitam bisa putih tergantung dari mana anda menafsirkannya. Kertas itu sebenarnya berwarna putih pada awalnya. Kemudian ditulis dengan warna berbagai tinta. Tinta warna merah itulah terkadang tak terhindarkan

  • Salam Literasi
  • BHP 1 Agustus 2021
  • YPTD

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun