Aktif produktif ber media sosial anda musti kuat dikritik. Itulah resiko ketika keberpihakan tidak terhindarkan tampil di media . Mana ada sikap netral dalam berselancar di medsos apalagi terkait politik. Tetap saja subjektifitas bermain di opini manusia. Sejatinya Kritik adalah kertas hitam putih media sosial
Oleh karena itu wajar kritik datang dari sesiapa saja yang merasa tak sepaham seidea. Lucunya kritik itu tidak selalu objektif bersebab rivalitas bermain disana. Atau juga karena kepandiran dan asal bacot saja tanpa membaca tulisan secara utuh.
Sudah lama juga tidak mendapat kritik. Ahad,1 Agustus 2021 di portal disway.id awak mendapat tanggapan dari 2 penggemar tulisan Bapak Dahlan Iskan . Satu tanggapan cukup cerdas menanyakan link dimana awak posting artikel 2 T Versi Dahlan Iskan.
Tangapan ke 2 agak aneh. Entah siapa nama asli nya, dia menulis "isinya cm copy paste dari disway.id ke kompasiana" Berdasarkan pengalaman ber media sosial 11 tahun awak tidak terpancing emosi. Tetap tenang bersebab sudah bisa menilai secara langsung kualitas moral si pemberi tanggapan.
Tanggapan pertama awak sampaikan ungkapan terima kasih atas apresiasi dan langsung memberikan link kompasiana.com/thamrindahlan.
Tanggapan kedua awak menjelaskan bahwa tidak benar tulisan di kompasiana.com copy paste. Langsung saja awak tekankan bahwa anda dipastikan belum membaca artikel tersebut. Ditambahkan bahwa tulisan awak bergenre humaniora dimana diuraikan 2T dari sisi kurs rupiah ke Dolar Amerika dan konversi ke emas logam murni.
Tanggapan di disway.id disebut sebagai replay memang perlu dijawab. Artinya bukan hanya untuk membela diri namun lebih jauh dari itu mengungkapkan kebenaran dan rasa tanggung jawab atas setiap posting di media sosial.
Selain itu para penggemar disway lainnya bisa juga membaca reply demi reply antar penanggap. Apalagi Pak Dahlan Iskan dan Admin disway.id bisa juga mencatat mana nama penanggap yang " asal" dari oknum yang tak jelas latar belakang pendidikan dan juntrungannya.
Itulah resiko ber medsos. Tetap tenang tidak panik namun klarifikasi wajib disampaikan untuk menjawab kritik demi tanggapan. Bolehlah disimpulkan bahwa tanggapan positif dan negatif merupakan Bonus ber media sosial. Selama kita men posting berdasarkan hati nuraii, bukan copas dan menulis secara bertanggung jawab maka tidak ada yang perlu dikuatirkan.
Nah tuan dan puan masih mau juga menulis di soali media. ? Iya iyalah tetap bung. Alasannya tentu karena ingin membela kebenaran versi masing masing. Masalahnya kebenaran itu tak selalu seiring dengan kebermufakatan bersama.
Secara pribadi awak adalah penulis politik. Itu dulu tahun 2014. Ketika itu pilpres membela pasangan calon presiden Prabowo Hatta. Banyak suka terlebih duka. Duka dikritik pihak sebelah.
Sejujurnya awak merasa jengah. Tapi mau dikata apa. Untunglah tulisan bergenre politik tersebut berdasarkan fakta. Berangkat dari rasa tanggung jawab seorang jurnalis sehingga menulis tentang sosok Prabowo berdasarkan apa yang dilihat dan didengar pada kehidupan nyata
Sodara. Kritik dari pembaca beragam pula. Bergantung latar belakang mereka. Selama kritik itu fokus pada materi tulisan awak berikan apresiasi terkadang juga terima kasih segala.
Namun pabila kritik out of content maka komentar itu bisa dikategorikan sebagai hujatan. Untuk tanggapan seperti ini tak perlu dibalas karena hanya membuang buang enerji saja bukan?
Terakhir awak ungkapkan tentang kritik membabi buta. Walaupun berusaha diabaikan namun mengganggu akal pikiran juga. Bayangkan sodara ketika menerima hujatan yang membawa bawa nama khewaniah. Manusia normal mana tidak tersinggung astaqfirullah
Pengalaman menulis genre politik tidak sirna begitu saja. Rekam jejak haru biru dihujat terrekam dalam buku Prabowo Presidenku. Bersyukur buku ini best seller pada masanya. Sampai hari ini ketika anda search kosa kata Prabowo Presidenku maka seketika muncul tawaran penjualan buku dari media online.
Kritik bisa hitam bisa putih tergantung dari mana anda menafsirkannya. Kertas itu sebenarnya berwarna putih pada awalnya. Kemudian ditulis dengan warna berbagai tinta. Tinta warna merah itulah terkadang tak terhindarkan
- Salam Literasi
- BHP 1 Agustus 2021
- YPTD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H