bagaimana pendapat anda tentang pemerintahan saat ini ?Â
maka jawaban yang diberikan responden pasti lebih banyak, bahkan jawaban yang diterima bisa jadi  sebanyak kepala yang menjawab.
Sebagai ilustrasi bagaimana perbedaan itu adalah keniscayaan, baik diambil permisalan sebagai berikut.  Tiga  orang tuna netra di minta menjelaskan bagaimana bentuk gajah.  Guna memantapkan jawaban mereka maka ke tiga orang  tunanetra itu di bimbing mendekati gajah dan dipersilahkan meraba makhluk super besar itu.Â
Nah setelah itu kita bisa mendapatkan jawaban yang berbeda tentang definisi gajah dari masing masing tunanetra sesuai dengan perabaan mereka.  Seorang tunanetra mengatakan bahwa gajah itu bulat panjang karena dia memegang belalai.  Rekannya mengatakan gajah itu tebal dan keras, tunanetra ini meraba perut. Terakhir defenisi yang kita dapat bahwa gajah  itu lebar dan tipis, tidak salah karena tunanetra ini meraba telinga sang gajah.
Perbedaan Pendapat Adalah Keniscayaan
Analog dengan kisah gajah dan tunanetra maka perbedaan pendapat yang terjadi di masyarakat bisa dimaklumi. Â Perbedaan itu tentu saja berlatar belakang dari wawasan seseorang warga. Â Wawasan bisa diperinci dari variable umur, tingkat pendidikan, pengalaman, tingkat pergaulan dan jenis pekerjaan serta variabel lainnya yang menyangkut semua aspek kehidupan. Â Jadi wajar saja bila perbedaan itu selalu dan akan selalu terjadi di setiap komunitas ketika terjadi persinggungan pada permasalahan yang menyangkut kepentingan bersama.
Anda sudah pasti sering menonton perdebatan pendapat di lembaga terhormat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Â Demikian pula di televisi debat semakin seru ketika perbedaan itu semakin di kompori oleh presenter. Â Nah bagaimana dengan perbedaan pendapat di sosial media atau tepatnya di facebook, twitter, kompasiana.com atau di media online lainnya. Tentu saja perbedaan itu tetap ada bahkan semakin melebar karena perdebatan di dunia maya bisa dilakukan secara cepat dan memiliki durasi luar bisan lama nya.
Ketika seseorang penulis menpublish opini, maka selalu ada resiko yang akan diterima.Tulisan itu bisa jadi dianggap kontroversial oleh para pembaca. Sehubungan Admin kompasiana .com menyediakan fasilitas komentar maka wadah ini menjadi ajang saling silang pendapat.Dilihat dari komentar yang masuk dalam perdebatan itu tanpa di sadari akan terbentuk 4 kubu.Keempat kubu meliputi :
- 1.Kubu cuek (emang gue pikirin)
- 2.Kubu pro opini penulis
- 3.Kubu kontra opini penulis
- 4.Kubu netral
Sikap Simpatik
Syukurlah dinamika perbedaan ini hanya di dunia maya sehingga resiko adu jotos antar perseteru seperti yang terjadi di gedung bundar senayan bisa dihindari. Beradu pendapat, mengeluarkan jurus argumentasi dan segala macam cara untuk mempertahankan pendapat dilakukan oleh para pendebat.
Sejatinya mempertahankan pendapat itu berbanding lurus dengan harga diri, sehingga wajar saja bila kedewasaan dan keluasan wawasanlah yang akhirnya mengakhiri perdebatan tersebut. Syukurlah akhirnya perbedaan itu akhirnya mencair ketika kehabisan peluru dan biasanya bermuara kepada kesamaan pendapat bahwa kita memang tetap berbeda paham. ...hehehehe.