Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bercanda Jangan Kebablasan

21 Juni 2020   14:35 Diperbarui: 21 Juni 2020   14:32 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bercanda sudah tentu menjadi hal yang lumrah bahkan sudah menjadi fitrah dalam diri manusia. Manusia butuh hiburan, butuh ketawa. Kalau tidak stress merajalela, urat-urat syaraf menegang dan muka pun terlihat menua.

Bercanda juga bisa membuat tali keakraban antara sahabat menjadi makin erat. Tapi bercanda juga ada batasannya.  Tidak bisa bisa semena-mena. Bisa jadi  sesuatu yang menurut kita lucu merupakan hal yang menyakitkan bagi orang lain. Bisa-bisa ada hati yang tersakiti gara-gara goyunan kita.

Seringkali kita lihat canda menjadi kebablasan. Entah bahan candaan yang sebenarnya tidak lucu sama sekali tapi dipaksakan lucu, menertawakan kekurangan orang lain, slapstick, atau komedi yang mengutamakan kebohongan sebagai senjata memancing tawa orang.

Dan parahnya hal tersebut lebih sering kita lihat di televisi yang bisa saja ditonton anak-anak, ditiru mereka dan akhirnya menjadi hal biasa bagi mereka.

Komunitas artis tampil setiap hari di televisi kadang kala kehabisan bahan candaan. Dapat dibayangkan bagaimana sulitnya ketika mereka berusaha mempertahankan rating TV dengan cara menyuguhan tampilan baru di setiap episode.

Sudah pasti pakem panggung selalu mereka pegang teguh yaitu tidak akan mengulang bahan candaan. Artinya mereka selalu mencari joke joke baru agar pemirsa tidak bosan. Itulah ciri dinamis reality show, selalu menampilkan sesuatu yang news dan terbarukan

Ketika kewajiban tayang itu memerlukan materi gress maka artis atau produsernya berpikir keras mencari bahan bahan baru untuk lucu-lucuan. Semua yang sudah pernah digarap dan semua sudah pernah ditayangkan biasanya tidak mereka ulang.

Akibat kejar tayang itulah materi materi sakral yang seharusnya tidak di bahas di tayangan live terpaksa mereka tampilkan juga. Akhirnya mereka terpeleset dengan candaan yang melukai panji panji kehormatan bangsa.

Inilah resiko artis yang sedang naik daun yang wajib me refresh penampilan sehingga mereka kebabalasan menggunakan simbol negara sebagai bahan candaan.

Disamping itu tingkat persaingan antara televisi swasta sungguh sangat menakjubkan. Menakjubkan dalam artian bagaimana caranya agar iklan sponsor terus bisa tetap nempel dilayar televisi produk mereka.

Para produser sangat serius menggarap reality show sebagai tayangan yang katanya sangat di sukai pemirsa. Oleh karena itulah sesama televisi berupaya menampilkan artis artis papan atas sebagai magnet program dengan tujuan mendulang sebanyak mungkin sponsor produk komiditi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun