Alasan Mukidi menolak diangkat menjadi Pengurus RT seperti sebuah misteri. Â Misteri yang belum terpecahkan sampai saat ini. Padahal dukungan warga RT 007 RW 01 Keluarahan Paska sudah bulat. Â Dialah calon tunggal, tidak ada pilihan lain.
Sunarko sebagai wakil rakyat tingkat RT berkali kali mendesak Mukidi
"Ayolah Mas, kami dukung sepenuhnya pencalonan anda"
Mukidi tersenyum getir.
" saya pikir cari warga lain saja Mas Narko"
Mukidi termasuk salah seorang intelektual yang mukim di RT. Â Cara bicaranya saja sudah ketahuan beliau orang berkualitas dan berkapasitas.Â
Tandanya sederhana saja. Â Ketika berbicara Mukidi sama sekali tidak pernah menggunakan kosa kata " saya kira". Â Dia selalu pakai "saya pikir".
Lihatlah di televisi swasta juga radio pemerintah.  Anda bisa menandai para  narasumber yang menggunakan kosa kata "saya kira" menunjukan beliau ragu ragu. Masa' segala sesuatu persoalan di kira kira bukan malah dipikir.
Ciri orang terpelajar akademisi dan intelektual pasti memakai kosa kata saya pikir ketika menyampaikan pendapat. Â
Artinya apa apa yang diucapkan adalah olah pikir. Bisa dipertanggung jawabkan. Â Ilmiah dan memiliki rujukan kuat dari disiplin ilmu pengetahuan yang dikuasai.
Sebaliknya bila ada pakar menggunakan kosa kata "saya kira" maka anda bisa menilai sendiri. Â Semua dikira kira tanpa kepastian. Â Disini main perasaan bukan akal.Â
" Betul tidak"
Kata Mukidi kepada Mas Sunarko.
Prosesi penggantian RT harus segera dilaksanakan. Â Pasalnya Ketua RT lama berhalangan tetap alias wafat.
Sudah 3 pekan kursi jabatan Ketua RT kosong. Â Pengurus lain seperti Wakil RT, Sekretaris dan Bendahara serta Ketua PKK berulang ulang mengafakan rapat terbatas.
Mereka menetapkan pemilihan RT hari Ahad pekan depan. Â
Pak RW juga sudah bersedia hadir. Tetapi sampai H- 2 belum juga  ada warga mencalonkan diri.Â
Jajaran Pengurus lama pusing 3 keliling. Â Pusing pertama kas RT nol. Pusing kedua ada hutang dan Pusing ketiga tidak ada pengurus lama yang mau menjadi pejabat utama lagi.
Kepengurusan RT kosong. Sementara warga yang ingin berurusan admistrasi ikut terhambat bersebab posisi kepengurusan demisioner.Â
Malam terakhir pengurus lama kembali membujuk Mukidi.
"Ayolah mas Mukidi, berkorban demi rakyat"
Mukidi tersenyum ketir.
"Bukan saya menolak karena kas RT kosong.  Bukan pula karena RT banyak hutang, tetapi saya pikir ada resiko tinggi atau high risk  menjadi pengurus"
Mbak Sulis Bendahara RT merayu
" mas, apa toh resiko ne"
Semua terdiam sementara waktu sudah menjelang tengah malam.
Wakil RT lama Om Johan perantau dari Indonesia Timur berucap
" Ah Mukidi, dikau basa basi saja, resiko apalagi yang kau pikir"
Mukidi membetulkan posisi duduk, dia berpikir sejenak kemudian dengan nada pelan namun tegas berucap
"Begini saja saya siap menjadi pengurus RT tetapi ada syaratnya"
" Alhamdulillah"Â
Itulah suara berat Bapak Haji Topo Sekretaris RT
" Apapun syaratnya kami bersedia terima demi nusa dan bangsa"
Terdengar seperti koor lagu seriosa pengurus lama kompak setengah berteriak.
Mukidi
" Saya pikir kalian korban dari pengurusan lama"
Semua hadirin ingin protes
"jangan dulu menyela, Bapak Ibu sekalian"
Mukidi melanjutkanÂ
"Di negeri kita ini penggunaan kata pengurus sebenarnya men jerumus kan anda sekalian"
Pengurus lama mau protes lagi
Mukidi lanjutkan.
" pengurus memiliki resiko anda menjadi kurus"
" Oleh karena itu syarat saya menjadi RT harus diganti menjadi Pembesar RT"
Sekian
Salamsalaman
BHP 4 Mei 2020
TD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H