Bingung membaca aliran berita tentang mudik. Ada yang memperbolehkan ada yang konsisten melarang. Ternyata berita membolehkan mudik itu hoaks.Â
Mukidi kesal juga koq masih ada oknum pemberitaan mempelesetkan Peraturan Kemenhub tentang tranportasi khususnya masyarakat yang dipebolehkan berpergian. Untung tidak terpengaruh bersebab Mr M memang orang pintar dan cerdas serta tidak gegabah.
Pasalnya dalam kapasitas seorang konsultan Mukidi acap dijadikan referensi oleh sebagian warga. Oleh karena itu setiap ada pertanyaan warga dilayani secara profesional dalam artian apa saja yang keluar dari Kantor Konsultan Mukidi and Friends bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Protokol keamanan diri dari hoaks sudah lama diterapkan Mukidi bersama stafnya Sutopo bin Supoto. Setiap menerima berita selalu dilakukan check and recheck ke media mainstreamÂ
"jangan dikau tergopoh gopoh mensyiarkan berita sebelum lihat di detik.com, tempo.co dan kompas dan TVRI."
Itulah pesan kepada staf khusus. Â Namun terkadang namanya juga anak buah yang suka melewati batas kewenangan selalu saja berbuat kesalahan. Sutopo mendapat kartu kuning. Sekali lagi berbuat kesalahan fatal akan segera diruamhkan. Mukidi sebagai big boss terpaksa tegas walaupun staf khusus nya itu masih terhitung saudara sepupu.
Klarifikasi  simpang siur terkait mudik dilansir dari Detik.com, berikut ini kriteria bagi masyarakat yang diperbolehkan bepergian sesuai Surat Edaran Gugus Tugas Nomor 4 Tahun 2020:
a. Perjalanan orang yang bekerja pada lembaga pemerintah atau swasta yang menyelenggarakan:
- pelayanan percepatan penanganan COVID-19,
- pelayanan pertahanan, keamanan, dan ketertiban umum,
- pelayanan kesehatan,
- pelayanan kebutuhan dasar,
- pelayanan pendukung layanan dasar, dan
- pelayanan fungsi ekonomi penting.
b. Perjalanan pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan darurat atau perjalanan orang yang anggota keluarga intinya (orang tua, suami/istri, anak, saudara kandung) sakit keras atau meninggal.
c. Repatriasi Pekerja Migran Indonesia (PMI), Warga Negara Indonesia (WNI), dan pelajar/mahasiswa yang berada di luar negeri, serta pemulangan orang dengan alasan khusus oleh pemerintah sampai ke daerah asal, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Membaca secara  teliti peraturan Menhub, Mukidi mencoba mencari celah bagaimana dia bisa lolos mudik.  Berita rekayasa si Mbok wafat dikesampingkan terlebih dulu. Hal seperti ini tidak boleh dibuat mainan bersebba si Mbok walaupun ringkih tetapi masih sehat walafiat pada  umur 82 tahun.Â
- daun pepaya enak dimakan
Sambal teri pedas dilawan
Sekarang puasa separuh bulan
Bersyukur diberi nikmat iman dan kesehatan
Sementara waktu bergerak terus menuju Idul Fitri. Â Separuh ramadhan telah dilewati. Â Keinginan mudik teman teman sekampong berupa harapan kepada Mukidi " jangan tinggalkan kami" menjadi persoalan tersendiri.
Sebenarnya kalau mudik sendiri bagi Mr M tidak ada persoalan.  Dia bisa jalan melenggang sendiri apakah naik angkot atau jalan kaki.  Tetapi membawa 30orang dalam  rombongan besar pemudik seperti pergeseran satu peleton tentara baris berbaris menuju kerja bhakti sosial  ke desa.
Sebenarnya masih ada waktu menyeleksi teman-teman yang serius mau ikut mudik. Â Mereka wajib Medical Check Up guna memastikan dirinya tidak positif covid 19. Â Jangan sampai kita ke kampong membawa oleh oleh penyakit, bisa gawat desa berubah jadi zona merah. Selain itu peserta mudik bareng harus kuat mental dan kuat fisik serta kuat kantong sehingga tidak membebani diri sendiri dan ketua rombongan.
The show must go on. Â Mukidi tetap yakin atas pertolongan Allah SWT Tuhan yang Maha Kuasa. Â Insha Allah akan ada jalan keluar. Â Mudah mudahan tidak terjadi disini senang disana jangan atau win lose solution.
Salamsalaman
BHP, 080520
PSBB 29
TD.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H