Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[PSBB 26] Skrining Mukidi

5 Mei 2020   17:07 Diperbarui: 6 Mei 2020   14:33 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hasil MCU dalam keadaan sehat dan tidak menunjukkan gejala corona, maka tidak akan di tes swab atau usap lendir. Padahal, untuk mengetahui seseorang positif dan negatif corona caranya yakni dengan melakukan tes swab.

Mukidi cepat dan sigap mengisi formulir, diserahkan kemudian langsung masuk ke ruang pemeriksaan fisik.  Hanya berselang 2 jam MCU  selesai

“hasil test bisa ditunggu, Bapak bersedia atau kami kirim via email ?”

Mukidi tergagap bersebab pikirannya entah kenapa melayang layang memikirkan usianya yang hampir menginjak 40 tahun tetapi belum mendapat jodoh.

“ ee - ech baik saya tunggu saja, biaya pemeriksaan berapa Mbak?”

“ Rp. 275.000 Bapak, silahkan ke bagian pembayaran”

Menunggu di bulan puasa memiliki 2 makna.  Pertama tidak merasa bosan apalagi di tempat super nyaman dan dilayani baik petugas. Kedua waktu beduq maghrib masih cukup lama, hitung hitung ngabuburit (istilah orang Bogor) sampai rumah langsung berbuka puasa.

Beberapa warga juga duduk di ruang tunggu pada posisi berjauhan (physical distancing). Seorang satpam mondar mandir kiri kanan depan belakang entah sedang latihan baris atau memang demikian protap petugas keamanan mengawasi (mencurigai) tetamu.

“ Mister Mukidi bin Mukzizat  plisz go to front office”

Ruang senyap , tidak ada tetamu menyahut.

Panggilan diulangi 2 kali masih tidak ada tetamu beranjak dari tempat duduk.  Satpam bertindak. Mendekati seseorang udik yang tampaknya pantas bernama Mukidi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun