Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gong Xi Pat Cay, Sahabat Terbaikku, Acong

25 Januari 2020   14:40 Diperbarui: 25 Januari 2020   14:46 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu hal yang sering jadi tontonan kami adalah iring iringan pengantar jenazah orang cina ke pemakaman. Rombongan ini riuh sekali karena dimulai dengan mobil yang membawa rombongan pemukul genderang dan gombreng dipukul keras keras. Dari jauh sudah terdengar, kami berlari lari menunggu konvoi pengantar jenazah, menonton sambil menghitung berapa jumlah mobil pengiring.

Di SMA II saya mempunyai 2 orang teman keturunan Cina, Acai dan Ahong. Mereka juga baru bergabung di SMA 2 setelah kelas 3. Kami kebetulan di kelas PAS. Dulu SMA mulai kelas 2 dikelompokkan dalam 4 kelas. Sos, Bud, Pas dan Paspal.

Aku lebih akrab dengan Acai, anaknya santun dan berbudi luhur. Dia sering meminjamkan majalah intisari kepadaku, karena dia tahu aku kutu buku.

Orang tuaku tak sanggup membelikan buku pelajaran apalagi majalah. Acai pintar berbahas inggris, aku banyak belajar darinya.
Cap Go Meh pun aku tak paham, Acai tak pernah mengundang.

Lanjut kuliah tahun 1971 di Palembang. Tinggal di daerah 17 Ilir banyak keturunan cina bermukim disana, bahkan ada satu klenteng dikawasan itu. Aku hanya mempunyai seorang kawan keturunan cina. Kami kuliah di Akademi Perawatan.

Aneh memang koq ada seorang keturunan cina mau kuliah di Akademi Keperawatan bukan di Fakultas Kedokteran. Tapi itulah takdirnya. Herry Sulaiman nama teman tersebut.

Kami menyelesaikan kuliah lebih 4 tahun, karena waktu itu tidak ada sistem Kredit Semester (SKS) seperti saat ini. Herry pandai sekali, aku sering di ajak kerumahnya belajar bersama.

Hery sering meminjam buku terjemahan Al Quran yang kumiliki. Kami sering diskusi tentang agama sesuai dengan kedangkalan ilmu yang dimiliki saat itu.

Setelah tamat Herry tidak bekerja, dia malah menjaga toko kelontong orang tuanya di daerah pasar 16 ilir Palembang. Aku masih sering mampir ke tokonya setelah pulang kerja di RSUP .

Sekarang Herry sudah membeli sendiri kitab terjemahan Al Qur'an. Diskusi agama berlanjut, namun Herry tetap dengan keyakinannya.

Beberapa tahun kemudian teman satu alumni Rozi yang bekerja sebagai detail man perusahaan obat mengajak Hery bergabung. Takdirnya Herry dengan kemampuan bahasa inggris berkarir di perusahaan obat internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun