Ngatur atau Ngawur
Catatan Thamrin Dahlan.
Inspirasi menulis datang dari mana saja. Hari ini Selasa 7 Januari 2020 awak tergerak membahas perihal ngatur atau ngawur. Semua berawal dari pantun seperti dibawah ini yang awak share di media sosial
Tentara negeri tinggal di tangsi
Tangsi bersih aman lestari
Awan hitam menggantung tinggi
Semoga hujan tak turun disini
Seorang sobat memberi komentar pada pantun tersebut terutama terkait bait terakhir " semoga hujan tak turun disini" . Koment tersebut kira kira begini "ngatur Tuhan atau doa, padahal hujan adalah rahmat"
Tentu saja awak membalas komentar itu dengan klarifikasi atau penjelasan. "Kalau ada kata SEMOGA berarti itu adalah doa." Mana berani makhluk sejenis manusia  apalagi beragama Islam mengatur ngatur Allah SWT.
Disinilah letak rukun iman dimana yaqin haqqul yakin akan takdir. Oleh karena itu setiap peristiwa yang sudah terjadi adalah takdir atau ketentuan Tuhan Yang Maha Kuasa. Wajib diterima dengan sabar, sykukur dan tawakkal.
Manusia dalam jati dirinya sebagai hamba Allah SWT wajib menyakini segala sesuatu yang terjadi adalah ketentuan final Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebaliknya pada peristiwa yang belum terjadi maka disanalah berperan upaya, usaha dan tentunya doa. Â Berdoa semoga mendapat anugrah keselamatan dunia akherat .
Nah sekarang mari kita bicara soal ngawur. Hanya beda tipis dengan ngatur yaitu pada huruf T dan W saja namun memiliki makna yang sangat berbeda. Â Ngatur boleh saja dilakukan manusia sesuai dengan wewenang keduniaan dalam lingkup jabatan dan pekerjaan. Ketika seseorang sok ngatur ngatur bukan urusan nya maka dia bisa dikatakan ngawur.
Ngawur juga dimaknai sebagai satu kebodohan. Artinya seseorang walaupun memiliki  kewenangan dalam jabatan namun ketika membuat keputusan tidak sesuai dengan peraturan perundangan berlaku maka dia bisa dikatakan pejabat ngawur.
Ilustrasi dokumen foto di artikel ini bisa jadi relevan dengan kosa kata ngatur dan ngawur. Â Alat berat hanyalah sebuah benda mati, dia di atur atau dioperasikan oleh operator yang terlatih dan ahli. Â Ketika alat berat tersebut di pegang oleh orang tidak ahli maka fungsi dari alat tidak maksimal malah akan membahayakan orang lain.
Demikian pula ketika alat di opreasikan oleh petugas yang ahli namun si petugas sedang tidak dalam kondisi sehat jiwa raga misalnya dia capai alau malah mabok maka  akan muncul istilah ngawur. Hakekat dari permisalan ini ketika terjadi di penguasa maka bisa  diperkirakan betapa besar musibah yang terjadi.
Oleh karena itu awak tak hendak membahas lebih jauh perihal ngatur dan ngawur yang jelas ketika 2 kosa kata itu bersekutu maka terjadilah bencana, musibah dan segala macam peristiwa ber resiko  merugikan pihak lain.  Bahkan dampak ikutan dari penguasa yang ngawur katakanlah korupsi, nepotisme dan kolusi maka negara dirugikan. Selain itu alam pun akan murka seperti terjadi bencana, gempa, banjir, gunung meletus dan angin puting beliung.
Salamsalaman
TD.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H