Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ketua DPR RI Mendinginkan Suhu Politik dengan Berpantun

30 Juli 2019   08:34 Diperbarui: 30 Juli 2019   16:56 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi foto kompas.com

Walau antara Teuku Umar dan Gondangdia. 

Tak sepanjang Anyer dan Jakarta. 

Walau ada dua pertemuan berbeda. 

Semoga tak memisahkan para pemimpin kita,

Paling tidak suhu politik yang semakin memanas paska pilpres dan masuk pada fase perebutan kursi menteri kabinet bisa sedikit agak didinginkan dengan berpantun. Tokoh Nasional ada baiknya menggunakan cara sederhana dalam berkomunikasi sehingga para pengikut di grass root bisa lebih tenang.  Syukur syukur hoaks politik dapat diatasi atau dikurangi ketika silang sengketa pendapat disampaikan dlam bentuk berbalas pantun antar para pihak peseteru. .

Sesungguhnya pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara.  Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti "penuntun".

Pantun memiliki nama lain dalam bahasa-bahasa daerah: dalam bahasa Jawa, pantun dikenal dengan paparikan; dalam bahasa Sunda, pantun disebut paparikan; dan dalam bahasa Batak, pantun dikenal dengan sebutan umpasa.

Lazimnya, pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), tiap larik terdiri atas 4 suku kata

Bersajak akhir dengan pola a-b-a-b[1] ataupun a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b atau a-b-b-a).

Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan, tapi sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.  Ciri lain dari sebuah pantun adalah pantun tidak memberi nama penggubahnya. Hal ini dikarenakan penyebaran pantun dilakukan secara lisan.

Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam atau kehidupan (sering mencirikan budaya agraris masyarakat penggubahnya),

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun