sumber : koleksipribadi
Banyak sobat mengeluh
"saya tidak bisa menulis"
"saya mending disuruh berlari dari pada menulis"
"tapi kalau bicara saya bisa"
Ada apa rupanya, apakah memang menulis itu pekerjaan berat. Bisa jadi sobat mengatakan demikian karena belum mencoba. Â Mereka pikir menulis itu hanya untuk orang berbakat. Â Kata merekaÂ
"Menulis pekerjaan seniman, orang sastra "Â
Begitulah. Padahal sebenarnya kalau mau di bilang sederhana sesungguhnya menulis itu ibarat berbicara. Artinya ketika seseorang pandai berkata kata maka sudah dapat dipastikan dia bisa menulis.Â
Tidak ada perbedaan antara menulis dengan berkat kata. Kata kemudian menjadi kalimat dan akhirnya menjelma menjadi paragraf. Â Menulis sejatinya memindahan apa apa yang dikatakan atau menterjemahkan pikiran dalam bentuk tulisan.
Jadi menulis itu mudah, bukan? Ya iyalah kalau sobat sudah mencoba. Â Masalah utama menjadi hambatan adalah memulai menulis bukan karena tidak ada ide. Betapa beratnya mulai tulis menulis seperti akan mengerjakan pekerjaan maha besar. Â
Inilah mind set atau pola pikir yang sebenarnya wajib di ubah menjadi kosa kata menulis itu mudah. Pengalaman awak selama hampir 9 tahun menulis menghasilkan 2.500 artikel menerbitkan 20 buku membuktikan bahwa  hambatan itu bisa dihilangkan. One day one article, satu hari minimal satu tulisan.

Jadi semua orang bisa menulis. Toh sobat sudah menulis setiap hari di media sosial seperti WA atau Facebook dan Pesan di SMS. Bukankah itu juga merupakan tulisan walaupun pendek pendek. Kembangkanlah tulisan pendek pendek itu menjadi satu artikel minimal 7 paragraf. Biasakan meneruskan atau mengerjakan satu artikel sampai selesai. Â Jangan berhenti di satu paragraf.
Kiat paling ampuh dalam menyelesaikan satu tulisan adalah jangan pernah berhenti di satu paragraf. Tinggalkan paragraf itu ketika mentok (hang? blank?) Â kemudian tulis paragraf selanjutnya. Inilah penyebab utama gagal menulis karena mentok atau kehilangan kata kata pada satu paragraf.Â
Jenis artikel itu ada 3 yaitu opini, fiksi dan reportase (liputan). Opini menunjukkan kecerdasan anda, fiksi tertuang cepat ketika anda galau maka tulislah puisi. Jangan lupa  sampaikan laporan menghadiiri satu peristiwa dalam bentuk reportae.
Saya punya motto menulisÂ
"Sekali duduk tulisan jadi"
Inilah kebiasaan yang sudah terbangun dalam memotivasi diri. Tulisan yang ditinggalkan berhenti pada paragraf pertama dapat dipastikan  tidak akan pernah selesai. Di era modern ini ada proses editing, tulis saja terus tak peduli salah ketik atau tidak nyambung. Selesaikan. Setelah itu lakukan perbaikan /proses editing kata, susunan kalimat atau pindah memindahlkan paragraf sehingga artikel anda mengalir dan asyiek  dibaca.
Usahakan satu kalimat jangan terlalu panjang. Tidak lain maksudnya  agar pembaca tidak kehabisan nafas ketika mengikuti  tulisan anda. Kalimat pendek dan acap diulang dalam  sambungan kalimat seperti di contohkan Al Qur'an. Nah hasilnya  tulisan anda enak dibaca seperti orang bertutur.
Selain itu kuatkan niat berbagi kebaikan ketika menulis. Saya berpedoman pada 3 pena yaitu penasehat, penakawan dan penasaran. Artinya kita menulis karena merasa penasaran terhadap sesuatu masalah kemudian menulis secara sehat bukan hoax. Selesaikan tulisan anda  memberi solusi di paragraf terakhir yang bermakna bukan hanya mengomel atau meng kritik saja
Yes,etika anda bisa berbicara maka dapat dipastikan anda bisa menulis.
Selamat mencoba
Salamsalaman
TD
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI