Ketika orang tua mengirim anaknya  ke sekolah yang lemah dalam disiplin dan adanya kecenderungan pembiaran perilaku menyimpang. Akibatnya si anak akan terpengaruh oleh perilaku anak-anak nakal  sehingga akhirnya mereka ikut ikutan brandal.Â
Disinilah seharusnya Kementerian Pendidikan melihat dan memantau bahkan menutup apabila masih ada sekolah  yang tidak terakreditasi karena sangat berbahaya bagi si anak sendiri dan juga bagi masa depan negeri ini.
Tempat ketiga bagi si anak  adalah kawasan bermain. Orangtua dan guru juga wajib mengontrol ke mana anak setelah pulang sekolah. Tidak juga bisa dilarang ketika anak-anak menyalurkan hobi di kegiatan positif namun apabila di tempat main ini  mereka bergaul dengan anak-anak nakal maka sia sialah pendidikan di  rumah dan sekolah tadi.Â
Oleh karena itu anak-anak memang harus di berikan kasih sayang yang sempurna mulai dari rumah sehingga mereka mampu bertahan dari godaan anak-anak nakal. Kemudian ada baiknya orangtua  menginvestasikan dana yang cukup besar guna memilih sekolah terbaik agar  anak-anak berada di lingkungan kedua yang bisa menjanjikan pendidikan berkualitas.Â
Terakhir awasi teman sepergaulan anak agar mereka tidak terkontaminasi oleh perilaku menyimpang yang jauh dari sikap sopan santun senyum sapa dan salam.
Oleh karena itu mulai saat ini  jadikan momentum wafatnya Bapak Guru ABC untuk berubah bagi semua pihak. Mulailah dari rumah tangga dan pilih sekolah terbaik dan lihat dengan siapa  saja anak anak bergaul. Dalam masa puber atau peralihan menuju dewasa, anak-anak sangat besar kemungkinan terpengaruh oleh lingkungan.
Ibarat orang bergaul di tempat  penjual minyak wangi maka akan wangilah bau badannya. Sebaliknya apabila berteman dengan tukang asap maka si anak akan tercium bau yang  kurang enak oleh  orang lain.
Poin yang ingin saya sampaikan  disini adalah SOS Dunia Pendidikan Indonesia. Bapak Menteri dan semua  pejabat yang terkait dengan pendidikan wajib turun tangan untuk unjuk rasa kepada diri mereka sendiri bahwa pendidikan ini bukan satu  pekerjaan main-main.Â
Ada nilai-nilai moral yang wajib Bapak pejabat tanamkan bukan sekedar menyusun peraturan Sistem Pendidikan Indonesia dan  mengalokasi anggaran 20 % APBN untuk kegiatan yang ternyata tidak  menghasilkan anak didik berkepribadian.
Salamsalaman
TD