Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pahlawan Sejati adalah Ibunda yang Melahirkan Pahlawan Nasional

10 November 2017   19:53 Diperbarui: 10 November 2017   20:03 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalahnya sekolah di SMP wajib bersepatu. Anak anak kota akan menertawai kalau aku tak bersepatu, Pagi pagi aku dibangunkan emak, sholat subuh, kita berangkat agak pagi agar bisa pulang menjelang asar. Mak sudah berkemas dengan pakaian kebaya melayu dan selendang. Tadi samar samar Mak bercakap serius dengan Bapak, kemudian terdengar seperti barang dibanting. Oh ada apa gerangan, ternyata mak dan bapak sepakat memecahkan kendi tabungan. Mak membawa tas uang tabungan itu dililitkannya di saputangan besar kemudian dimasukkan ke tas

Kami sarapan, Bapak memandangku tanpa berucap sepatah katapun. Kulihat mak mengambil daun pisang di kebun depan rumah. Mak membungkus nasi dan lauk seadanya sebagai bekal makan siang . Aku diam saja, menyaksikan kegesitan mak. Kami keluarga sederhana dengan gaji bapak yang pas pasan. 2 orang kakakku sudah sekolah di jambi, satu lagi uni tertua kuliah di Unsri Palembang, sedangkan adikku masih kelas 3 SR. Kami harus hidup prihatin, mendahulukan pendidikan dari pada kepentingan yang lain.

Setiba di pasar Tempino, sudah menunggu beberapa mobil angkutan ke kota Jambi. Aku dan Emak naik oto, sudah ada beberapa penumpang. Mak memilih duduk di ujung, aku dipangkunya, padahal masih ada tempat duduk kosong. Diamlah, jangan kau lasak. Mak memangku diriku agar tak kena bayaran ongkos oto. Badan besarku dipeluk aku didudukkan diatas pahanya. Oto merk chevrolet tua mulai bergerak menempuh 27 km, jalan rusak berlubang menuju kota Jambi. Kasian emak, aku mau duduk dilantai oto saja, tapi mak melarang, kotor nanti sarawamu. Oto penuh sesak, ditengah jalan banyak penumpang yang naik, ada yang bergelantungan di pintu oto.

 Sepatu bata

Kami tiba di Kota Jambi. Berjalan cukup jauh dari terminal antar kota ke pasar, padahal ada mobil angkot. Ada 1 jam kami berjalan, bagi kami orang dusun berjalan adalah hal biasa, tak terasa penat sedikitpun. Mak mengajakku ke toko sepatu. Pilihan mamak toko sepatu BATA. Sepatu Bata kuat dan murah kata mamak. Pejaga toko melihat kakiku yang kekar tak beralas. Aku malu dipandang seperti itu. Kemudian dia mengambil contoh sepatu berwarna putih. Mak menyuruhku mencobanya, "lap kaki mu dulu nak " aku memang tak beralas kaki, kakiku kotor berdebu, setelah kucoba , oh sempit, masihkah ada yang lebih besar. Penjaga itu pergi ke gudang mengambil sepatu ukuran yang lebih besar.

Akhirnya didapatkan juga sepatu yang pas, mak membeli kaos kaki. Disuruhnya aku memakai sepatu, dan mak berkata, "cobalah angkau berjalan",..... Anak dusun yang pertama kali bersepatu, canggung, seperti berjalan diatas permadani, empuk dan sangat nikmat. Pakailah sepatu itu sampai kita pulang, biar angkau terbiasa. Mak melihatku dengan tersenyum bahagia melihat kerisauanku semalam telah terbayar dengan kebahagiaan.

Kami keluar toko, menuju pasar. Mak membeli beberapa kebutuhan dapur. Matahari mulai naik sepenggalah, terasa lapar dan haus. Mak mengajakku mampir di salah satu kedai di kaki lima. Mak memesan 2 gelas air putih kemudian membuka bekal nasi yang tadi dibawanya. Penjaga toko tersenyum, dia tahu kami tak akan membeli nasi disitu, hanya menumpang duduk. Mak menyuruhku makan, dibiarkannya aku makan dengan lahap, maklum masa pertmbuhan makanku banyak, Mak menyelesaikan suap terakhir bersamaan dengan azan dzhuhur.

Pesan Mak

Sambil berjalan pulang mak berpesan kepadaku :

  1. angkau rawat sepatu ini baik baik,
  2. 3 tahun sekolah di SMP cukuplah satu pasang sepatu.
  3. Jangan kau gunakan selain pergi kesekolah.
  4. kalau berjalan angkat kakimu, jangan diseret nanti cepat habis alas kakinya.
  5. Cuci sepatumu seminggu sekali,
  6. amak takkan membelikan lagi sampai angkau tamat SMP.
  7. kita orang tak berpunya,
  8. sekolahlah yang rajin.

 Makku berpesan, suaranya pelan tapi tegas, Pesan Mak ku ingat selalu. Selama 3 tahun di SMP, berjalan kaki kesekolah yang jaraknya 5 km, tak pernah punya uang jajan dan buku pelajaran selalu meminjam, Dalam keseharian pergaulan anak SMP aku tahan tahan keingingan bersenang senang yang terkait dengan sepatu. Aku belajar keras sebagai pelampiaskan menghilangkan keinginan bermain dengan teman teman, karena sepatu menjadi taruhan.

Teman temanku tertawa terbahak bahak ketika aku melepaskan sepatu waktu kami bermain bola sepak. Teman teman Putri SMP, tersenyum geli melihat gaya jalanku kaya tentara, kaki diangkat tinggi tinggi. Aku tahan kuat kuat niatku bermain basket, takut sepatuku cepat rusak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun