Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

[Pilkada DKI] Tanya Toko Sebelah

31 Januari 2017   16:48 Diperbarui: 1 Februari 2017   06:50 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ungkapan “tanya sama toko  sebelah” tidak ada di mart.   Namun di mal mal masih ada juga terdengar tantangan penjual ketika mereka menjual barang yang sama.  Misalnya sepatu, tentu banyak toko yang menawarkan barang yang sama dengan harga bersaing.  Kini pilihan ada di tangan pembeli, sudikah dia berkeliling mal untuk membedakan harga satu toko dengan toko lain bersebab tantangan : tanya toko  sebelah.

Wah kepanjangan prolog tulisan sebelum masuk ke pilkada.  Apakah ada hubungan antara pernyataan tanya toko sebelah dengan pilkada ? Tentu ada sobat bila di tarik benang merah maka disana ada kosa kata konsumen dan produsen.  Konsumen dalam hal ini sang pemilik suara syah sedangkan produsen adalah orang orang yang membeli suara atau sang calon pejabat.

Pasarnya adalah kampanye. Pembeli suara berkutat menawarkan barang paling bagus. Kualitas KW 1, tahan cuaca dan banting serta ada service after sales.  Itulah janji janji yang ditawarkan apabila sang penjual suara kepada komsumen berkenan memberikan suaranya dengan suka rela.  So pasti sang pembeli suara  tidak satu pasangan.  Ada 2 sampai 3 pasangan yang berkoar koar di televise, di lapangan bola dan di media social menawarkan jasa dengan segala cara.

Lucunya lagi sang penjual suara kini berada di posisi atas.  Mereka yang punya hak suara agak tinggi hati mengingat memang suara itu diperebutkan. Tentu ada tawar menawar disini, lu jual gue beli itulah jargon keberanian antara sang pennantang.  Berhubung memang ada 2-3 pilihan maka tergantung penawaran mana yang lebih menarik.  Menarik bisa di definisikan operasional sebagai tawaran mana yang lebih tinggi.

Disinilah kemudian timbul tingkah laku belagu sang  pedagang.   Tanya toko sebelah, lu dapet berapa disini harga lebih tinggi.  Pemilik suara kini berada diatas angin sebelum tibanya masa pencoblosan tanggal 15 Februari 2017.  Untuk Jakarta saja ada 7 juta pemilih yang akan memenuhi Tempat Pemungutan Suara (TPS) .  Apakah mereka sudah punya pilihan mantap, hanya Tuhan dan mereka sendiri yang paham.

Bisa saja dalam hitungan menit per detik pilihan itu berbeda sesuai denan tarikan nafas serta perkembangan situasi kondisi terakhir.  Apalagi di depan tempat pencoblosan bisa jadi 3 kandidat di beri penghargaan dalam masing masing satu tusukan.  Maka tentu sobat paham apa yang terjadi. Ketika Petugas TPS memghitung suara maka ditemukan surat yang berlobang tiga alias tidak syah. Itulah akibat semua penawaran diterima, dalam pemahaman biar adil gue coblos deh semua.

Tanya toko sebelah deh ente pilih yang mana

Salamsalaman

TD

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun