Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[catatan budaya] Harga Tanah Kamahalan, Boss

13 April 2016   19:12 Diperbarui: 13 April 2016   20:19 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kosa kata kemahalan akan sirna apabila para pengamat menilai harga transaksi itu  masih dalam batas  kewajaran.  Namun apabila terkuak berita di media bahwa ternyata harga tanah berkali kali lipat diatas harga standard NJOP maka patut di duga telah terjadi kong kali kong.  Harga tanah kemahalan  Boss. Begitu kata calo tanah yang tidak kebagian proyek.  Entahlah, asal jangan sampai pula terjadi sebaliknya harga tanah malah menjadi kemurahan versi Pemerintah Daerah, Ajaib.

Point yang ingin saya sampaikan disini adalah bahwa apabila harga satu transaksi diluar batas batas kewajaran maka akan menimbulkan pertanyaan di masyarakat apalagi kalau transaksi itu menyangkut uang rakyat yang dititipkan ke pemerintah berkuasa.   Hal ini berlaku didalam hukum alam bahwa sesuatu yang tidak wajar akan mencuat dengan sendirinya, karena sesungguhnya alam pun resah melihat tingkah pola oknum makhluk bumi yang melanggar batas batas kepatutan dalam mendawamkan kehidupan.  

Inilah salah satu bentuk Niat jahat karena telah mengkhianati pesan luhur para pendahulu dan pendiri Bangsa Indonesia. Tuhan Yang Maha Kuasa mengawal semua yang terjadi dan saya yaqin haqqul yakin Kedigjayaan Tuhan pada gilirannya akan mengalahkan semua rekayasa para pemangku niat buruk dan niat jahat. 

Salamsalaman

TD

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun