Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melalui 4 Lobang Melihat Dunia

23 Desember 2015   20:32 Diperbarui: 24 Desember 2015   05:56 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buruh Pertamina ada juga yang sangat hobi nonton.  Mereka dipastikan masuk bioskop 2 kali semalam atau nonton 2 kali agar lebih puas katanya.   Bagi Pasmanin oke oke saja selama tempat duduk masih tersedia.  

Namun yang paling sebel ada penonton yang duduk di sebelahnya.  Betapa tidak, si penonton senior itu bukan saja menonton tetapi ikutan meng komentari film yang sedang di putar yang nota bene telah ditonton.  Layaknya dia seperti meliput reportase pertandingan sepak bola. Jadilah penonton baru terpaksa [pindah tempat duduk]  karena terganggu oleh siaran langsung tersebut. 

Itulah cerita lama ketika awak masih duduk di  SR, SMP sampai SMA tahun 1958 - 1970.   Tontonan bagi anak dusun sepertinya melalang buana kan angan angan mereka.  Angan angan bagaimana nanti bisa menjadi pemain film seperti yang  sering disaksikan dilayar lebar.    Ada juga yang bermimpi  kapan bisa sampai di negri orang seperti di Hongkong, Australia, Eropa dan Benua lain.  

Ya tontonan gratis itu telah membuka wawasan budak budak Tempino, bahwa ada dunia lain [di luar kampong mereka] yang modern, Di kota kota besar terlihat kemajuan transportasi, pendidikan dan tempat tempat hiburan.

Inilah dampak positif dari hadiah Pertamina berupa penghiburan pemutaran film bioskop.   Budak Tempino melihat dunia dari bioskop dan bermimpi akan tiba saatnya mereka menginjakan kaki di negri orang nun jauh disana. 

Dari sinilah kami melangkah.

Terinspirasi dari Bioskop tak pelak budak budak Tempino semangat belajar, terus melanjutkan sekolah sampai ke Perguruan Tinggi.  Dari sinilah kami mellangkaj. Banyak anak anak Tempino yang sukses di perantauan dalam berbagai profesi.  Membawa dan menjaga nama baik kampong sebagai bentuk rasa terima kasih telah dilahirkan dan dibesarkan di Wonderfull Tempino.

Sudahlah, itu cerita dulu ketika Pertamina masih berjaya, ketika minyak bumi masih berlimpah bumi Tempino. Setelah minyak mentah habis terkuras Pertamina pun tanpa mengucapkan wassalam pergi begitu saja.  Bak pepatah "habis manis sepah di buang".

Kini Desa kami sepi nyaris seperti sunyi. Gedong bioskop  terlunta ditinggal begitu saja tak terawat. Tidak ada lagi pemutaran  fim, gedung bioskop beralih fungsi menjadi lapangan badminton atau futsal.  Gedung tak terpelihara padahal dia terletak di tengah desa, Bioskop kebanggaan itu kini kotor dan kumuh, sepertinya kambing yang lebih sering bermukim disana,...

Salamsalaman

TD

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun