Pahlawan Sejatinya BerkorbanÂ
Tingkat tertinggi dari sosok pahlawan adalah rela mengorbankan jiwa untuk negara. Demi kemerdekaan, demi membebaskan bangsa dari penjajahan pahlawan pejuang berperang mengusir bangsa lain yang bertahun tahun bercokol di tanah air Indonesia. Inilah pahlawan sejati nan ditemui di makam pahlawan seantero nusantara. Terkadang makam mereka pun tak bertanda. Ruh semangat juang 45 telah mengantarkan kemuliaan dan kehormatan jati diri harkat warga terpuji ke Taman Pahlawan  tanpa tanda tanda, tidak ada nama tergores di batu nisan. Siapa namamu Tuan ?. Pahlawan sejatinya berkorbanÂ
Wahai dikau pahlawan kemerdekaan, siapapun namamu, apapun pekerjaanmu, pengorbanan jiwa ragamu tak sia sia ketika memperjuangkan bangsa ini lepas dari kungkungan cengkraman penjajah. Tak perlu lagi itu sertifikat kepahlawanan dari Istana, biarlah Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan tempat nan layak di alam akherat. Jasa pahlawan tanpa tanda tanda tak terbilang, perjuangan anda membebaskan bangsa ini sungguh suatu pengorban nan membawa Bangsa Indonesia lebih maju membangun negeri sendiri dengan kekuatan mandiri.
Itulah Pahlawan Tanpa Tanda Tanda. Kini di 70 tahun kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia gelar pahlawan diberikan. Gelar kehormatan itu diberikan kepada sosok yang patut di beri gelar pahlawan nasional pada setiap tahun ketika peringatan hari pahlawan 10 Nopember. Pahlawan Nasional hanya patut disandangkan kepada warga negara Indonesia yang telah begitu banyak berjasa kepada bangsa dan pengorbanan mereka telah terbukti memberikan perubahan bermakna bagi kehidupan anak bangsa.
Baiklah, memang gelar pahlawan itu hanya di sandangkan ketika sosok berjasa itu telah wafat. Ketika ada istilah pahlawan tanpa jasa, perhatian semua khalayak pasti kemudian tertuju kepada profesi guru. Apakah pengabdian guru di zaman pasca kemerdakaan 70 tahun masih relevan di sebut sebagai pahlawan tanpa jasa ? Entahlah, semua terpulang kepada sosok pribadi sang guru, apakah pengabdian mereka telah benar benar dilaksanakan dengan niat semata ikhlas mendidik anak negeri.  Bukan sekedar mengajar di kelas namun jauh dari itu sang guru hendaknya paham bahwa mereka sedang mempersiapkan anak didik menjadi pemimpin di generasi berikutnya.
Ir Soekarno Guru Bangsa.
Sosok pengabdian Presiden RI Pertama inilah yang harus di tauladani oleh profesi guru. Gegap gempita pidato Bung Karno apakah masih bisa kita dengar di ruang kelas ?. Sejatinya mendidik anak bangsa adalah memberikan semangat juang, memberikan motivasi kepada generasi muda agar mereka menyadari posisi dirinya kelak di kemudian hari mengantikan generasi tua guna memimpin negeri ini. Bapak dan Ibu Guru Indonesia yang memiliki jiwa patriotisme tinggi nan dibungkus niat semata mendidik anak negeri lah yang bisa diharapkan di beri gelar Pahlawan Tanpa Jasa ketika mereka berhasil membina anak didik menjadi generasi gemilang.
Perhatikan ungkapan Bung Karno ini. Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia. Bukan menampikkan orang berusia tua, namun yang tua itu juga pernah muda. Apakah di masa mudanya mereka telah membhakti kan diri untuk negara ? Harapan kepada para pemuda begitu besar, oleh karena itu Pemerintah harus memberikan peluang sebesar besarnta agar semangat Para Pemuda Pemudi Indonesia ini jangan sampai layu sebelum berkembang karena pemerintah hanya bersibuk dengan dirinya senidri. Hallo apa kabar Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, masihkah anda ada disitu ?
Sudahlah jangan dipertentangkan lagi istilah pahlawan tanpa jasa, sementara masih banyak anak negri menjadi pahlawan di tingkatan keluarga pada lingkungan terkecil nan tiada terbantahkan.  Kepala keluarga berjuang sepanjang hari mencari nafkah untuk menghidupkan keluarga dengan cara yang halal, sejatinya mereka adalah pahlawan. Inilah pahlawan sejati yang tidak memerlukan tanda tanda kehormatan nan disematkan didada seperti para pahlawan nasional itu. Mereka cukup puas dan lega ketika anggota keluarga sejahjtera bisa menikmati rezeki dari Tuhan Yang Maha Kaya dalam batasan kesederhaann rakyat jelata.
Mari kita lihat lingkungan terdekat di sekeliling kita. Perhatikan lamat lamat apakah masih ada tetangga kita yang berjuang mati matian dalam mengejar SPP (sandang, pangan dan papan). Ciri khas dari keluarga pahlawan ini adalah mereka mempunyai harga diri, dalam artian tidak menjatuhkan harkat manusia dengan cara meminta minta apalagi mengemis. Profil keluarga semacam inilah nan patut mendapat perhatian sepenuhnya dengan cara memberikan bantuan modal agar mereka bisa keluar dari jurang ke papaan.
Pahlawan Tanpa Tanda Tanda
Apabila bentuk kepedulian masyarakat pada lingkungan terkecil di dawamkan di seluruh pelosok tanah air Indonesia itu di tujukan sebesar besarnya untuk mengangkat strata kehidupan rakyat jelata maka bisa dipastika secara bertahap kemiskinan bisa di lenyapkan dari nusantara tercinta. Teori distribusi harta yang di ciptakan alam selalu menegaskan bahwa dalam satu komunitas pemukiman selalu terdapat empat golongan di tinjau dari kepemilikan harta. Distribusi hak milik itu terdiri dari warga kaya raya , kelompok menengah keatas, menengah kebawah dan kaum marjinal. Persentase kelompok marjinal atau kaum miskin tidak lebih dari 20 persen. Artinya alam telah menasbihkan pesan bermakna bahwa kepedulian dari warga nan mampu wajib hukumnya memberikan zakat, infaq dan shadaqah bagi tetangga terdekat.
Dalam upaya kepedulian massal ini, tidak usyahlah kita terlalu banyak berharap ke pada Pemerintah berkuasa. Nampaknya para pemimpin itu masih belum selesai dengan dirinya sendiri. Bagaimana pula mereka akan memikirkan rakyat banyak sedangkan urusannya sendiri tak kunjung selesai. Sibuk bekutat pada masalah politik, bargaining kekuatan dan hal hal remeh temeh nan jauh amanah, membuat kosentrasi para penguasa tertumpah bagaimana cara menyelesaikan urusan dirinya sementara waktu berjalan terus dan kemiskinan semakin menyebar di seantero tanah.
Point yang ingin awak sampaikan di hari pahlawan ini adalah meningkatkan kepedulian antar sesama khususnya kepada kaum dhuafa. Siapa lagi yang bisa diharapkan selain kita tetangga terdekat. Bukankah pepatah nenek moyang telah dipesankan sejak dahulu kala kepada kita semua bahwa orang paling dekat ketika dalam kesusahan adalah tetangga bukan sanak famili nan jauh di seberang sana. Ya pahlawan tanpa tanda tanda itu ada disekitar kita. Tidak perlu menunggu Pihak Istana, mari kita sematkan tanda jasa pada dada mereka dengan cara memberikan batuan seikhlasnya, bantuan nan mampu menangjkat harkat martabat keluarga dhuafa dari jurang kemiskinan. Yes bersama kita bisa
Salamsalaman
TD
Ilustrasi : Budikhaironi wordpers
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI