Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Model Ruang Publik Tingkat Rukun Warga

30 September 2015   17:00 Diperbarui: 30 September 2015   21:13 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siklus Keseharian Warga

Siklus harian kegiatan anak manusia dalam keseharian  tidak terlepas dari 3 tempat saja.  Tiga tempat itu meliputi rumah,   tempat  bekerja atau sekolah dan ruang public. Di hari hari kerja warga berangkat dari rumah menuju tempat bekerja.  Disela sela dua tempat itu mereka dapat dipastikan melewati ruang public.   Diruang pebulik inilah tempat ber silaturahmi antar sesama warga. Akhirnya setelah hari menjelang sore warga kembali ke rumah lagi. Siapapun dia dalam kapasitas sebagai warga negara dapat dipastikan ingin merasa nyaman ketika berada ditempat tempat tersebut. 

Rumah sebagai tempat tinggal diupayakan bersih dan sehat, karena disinilah sebagian waktu untuk keluarga dihabiskan.  Hampir semua warga lebih suka tinggal dirumah. Di rumah warga bisa leluasa istirahat, bercengkerama dengan keluarga tersayang dan menikmati hiburan melalui media televisi dan radio. Sedangkan di tempat kerja, waktu dihabiskan untuk mendapatkan penghasilan dan dikawasan ini sesuai dengan peraturan ketenagaan kerja,  pekerja hanya diperbolehkan beraktivitas selama 8 jam dalam sehari.

Rumah dan Tempat Bekerja atau Sekolah bisa diatur tata letak (design interior)   sesuai dengan keinginan pemilik dan penghuni. Warga pasti mengupayakan seoptimal mungkin dengan cara menkondisikan tempat tinggalnya menjadi sangat nyaman.   Demikian  pula bersama pekerja lain mereka bebas mengatur design interior dan outdoor  tempat bekerja dengan maksud yang sama yaitu agar merasa betah ber jam jam ditempat itu.

Apabila di kedua tempat tadi warga bisa mengendalikan atau mengatur sistem kenyamanan sesuai dengan kehendak sendiri maka hal tersebut tidak bisa dilakukan di  ruang publik.  Seperti kita ketahui ruang publik adalah milik bersama yang seyogyanya di atur oleh pemerintah.  Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) menyediakan Ruang Publik untuk dinikmati dan digunakan masyarakat  tanpa dipungut biaya alias gratis. Namu warga masih tetap bisa berartisipasi dan berkontribusi dalam penyiapan dan pemeliharaan Ruang Publik di kawasan tempat tinggalnya dengan bekerja sama dengan instansi pemerintah terkait.

Apabila kita perhatikan pada Hukum Abraham Maslow yang menggambarkan bahwa kehidupan manusia itu bertingkat dilihat dari sisi kebutuhan hidup. Pada basic need tingkat 3   terdapat rasa dicintai dan mencintai.   Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relatif dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai. Setiap orang ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab, bahkan mesra dengan orang lain. Ia ingin mencintai dan dicintai. Setiap orang ingin setia kawan dan butuh kesetiakawanan. Setiap orang pun ingin mempunyai kelompoknya sendiri, ingin punya "akar" dalam masyarakat. Setiap orang butuh menjadi bagian dalam sebuah keluarga, sebuah kampung, suatu marga, dll. Setiap orang yang tidak mempunyai keluarga akan merasa sebatang kara, sedangkan orang yang tidak sekolah dan tidak bekerja merasa dirinya pengangguran yang tidak berharga. Kondisi seperti ini akan menurunkan harga diri orang yang bersangkutan.[5] (wikipedia)

Sehubungan dengan kebutuhan warga untuk saling mencurahkan kasih sayang maka diperlukan suatu tempat agar mereka bisa berkumpul. dan bertemu.   Tempat berkumpul warga itu tidak mungkin di kediaman salah satu warga, dengan demikian harus ada fasilitas umum yang dinamakan ruang publik. Ruang Publik nan nyaman dan lingkungan bersih serta sehat menjadi idaman warga apalagi bila di kelola oleh Pemerinah sehingga Fasilitas itu bisa terawat dengan baik.  Inilah salah satu fungsi utama Ruang Publk sebagai sarana bersilaturahim warga tanpa memandang status ekonomi dan  politik.  Mereka berkumpul karena memang saling membutuhkan dalam  ruang lepas terbuka mempererat persahabatan dalam lingkup budaya nasional sebagai pemersatu hati. 

Publis Spaces For All

Tahun ini, PBB mengambil tema “Public Spaces for All” untuk mengangkat isu terkait ruang publik.  Tujuan dari pengangkatan tema ini adalah untuk mendorong upaya pemerintah dalam menyediakan ruang publik yang dapat diakses serta dimanfaatkan oleh semua orang tanpa terkecuali.  

Mari perhatikan pesan terkait Spaces for all yang terdapat pada web  http://unhabitat.org/public-spaces-for-all-2/ dimana ditegaskan bahwa keberadaan Ruang Publik mempunyai keunggulan sebagai terurai berikut ini :

Well designed and managed public spaces and streets are a key asset for a city’s livability and economy:

  • Increases property values
  • Multiplies retail activity
  • Enhances safety
  • Fosters social cohesion and equality
  • Improves health and well-being
  • Improves the environment
  • Makes the city more attractive
  • Promotes more effective and efficient transportation and mobility

Ruang publik mampu meningkatkan nilai nilai kesejahteraann rakyat, disini  juga bisa digunakan untuk beberapa aktifitas posiitif masyarakat.  Selain itu Ruang Publik memberikan rasa aman dan nyama dimana tidak ada perbedaan atau diskriminasi pada kawasan tersebut.  Pada dasarnya hak dan kewajiban warga sama di area publik termasuk dalam rasa tanggung jawab atas kebersihan lingkungan. Kawasan Ruang Publik hendaknya bisa diakses oleh warga dengan mudah dengan tersedianya sarana transportasi dari segala arah. 

Ruang Publik terletak di kawasan Kota dan Desa  serta tempat tempat rekereasi. Pemerintah Daerah bersama dengan Kemen PUPR telah memiliki grand design pengaturan ruang publik sesuai dengan kebutuhan masyarakat.  Pengaturan ini tentu saja dimaksudkan agar ketersediaan ruang publik yang nyaman sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pemikiran penyediaan ruang public secara makro hendaknya juga mengalir dari konsepsi penyediaan ruang public secara mikro.

Ruang Publik Tingkat RW

Pada kesempatan ini akan diutarakan bagaimana model penyediaan ruang public pada tingkatan Rukun Warga (RW).  Seperti kita ketahui system ketatanegaraan Republik Indonesia menempatkan himpunan warga dari Kepala Keluarga (KK) menjadi Rukun Tangga (RT). Biasanya 1 RT terdiri dari 30-50 KK atau sekitar 150-200 warga, sedangkan 1 RW terdiri dari 10 -15 RT, sehingga apabila dikalkulasi maka terdapat sekitar 500-700 warga.

Berhimpunan warga melebihi 500 orang tentu memerlukan ruang publik untuk menyampaikan hajad serta untuk saling bersua dan menyapa.   Oleh karena itu diperlukan ruang publik di kawasan RW sebagai tempat anak anak bermain, berolahraga dan ibu dan bapak bertemu pada saat saat sedang tidak mempunyai aktivitas di luar rumah.

Sebagai makhluk social dalam himpunan RW maka tidak terhindarkan kebutuhan atas tempat rekreasi terdekat bagi mereka.  Rekreasi dan olahraga bisa dilakukan setiap saat tanpa harus mengeluarkan biaya.   Lihat saja Ruang Publik yang terdapat di kawasan RW 05 Kelurahan Rambutan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.

Spaces for all ada disini.  Kawasan ruang publik  seluas 80 x 100 meter itu terletak persis di depan Masjid Jami An Nur di apit oleh Kantor RW dan Polsek Ciracas. Ruang Publik ini menyediakan tempat anak anak bermain bola atau tepatnya futsal.  Ruang Publik ini multi fungsi, bisa juga digunakan oleh kaum Bapak dan Remaja bermain Volley Ball atau tempat Ibu Ibu senam kesegaran jasmani

Disamping tempat oleharaga terdapat beberapa tempat untuk anak anak bermain berupa ayun ayunan dan perosotan.  Juga terdapat tempat duduk di sekeliling lapangan tempat ibu ibu asrama mengasuh anak anak.  Dibagian samping kiri ruang publik itu terdapat Kantor RW, yang juga merupakan ruang publik yang digunakan untuk berkumpul warga dalam rangka program tingkat kelurahan.  Di Kantor ini setiap satu bulan sekali di selenggarakan Posyandu dan Pos Kesehatan Manula.

Dekat dan Nyaman

Setiap sore ruang publik RW 05 ini ramai dipenuhi oleh warga.  Lihatlah anak anak bermain futsal sampai berkeringat.  Disediakan gawang khusus.   Malah anak anak ini ketika pulang sekolah langsung bermain bola tanpa mengenal waktu.  Artinya ruang publik ini benar  benar dimanfaatkan seoptimal mungkin.  Inilah sisi posiitif tersedianya ruang publik di kawasan terdekat.  Anak anak akan terhindar dari kenakalan remaja karena warga menyediakan sarana olahraga di lingkungan terdekat.

Perhatikan dokumentasi foto diatas, disana terdapat dua banner atau papan pengumuman sebagai media informasi.  Papan pengumuman pertama menjelaskan bawah kawasan ini Tempat Bermain Ramah Anak RW 05 Kelurahan Rambutan.  Sedangkan satu spanduk lagi berwarna dasar kuning berupa himbauan agar warga membuang  sampah pada tempat yang telah disediakan.

Selain anak anak,  warga dewasa saling bercengkerama sambil mengasuh anak.  Terkadang sarana ruang publik ini digunakan juga untuk kegiatan kegiatan sosial seperti bazaar.  Multi fungsi seperti yang diinginkan oleh Kemen PUPR bahwa ruang  publik bisa dijadikan untuk rekereasi juga untuk berolahraga serta untuk bersilaturahim antar warga sekitar. 

Beberapa bulan lalu di ruang publik ini dibangun panggung.  Panggung dibangun secara permamen untuk kegiatan perayaan hari hari besar nasional.  Sebelumnya panggung itu di buat dari kayu dan bambu dan kemudian dibongkar setiap selesai perayaan.  Panggung yang sekarang dibangun dengan ketinggian 50 meter seluas 6 x 4 meter di cor dengan besi kuat sehibngga bisa digunakan setiap saat sesuai dengan kegiatan masyarakat.  Paling tidak seminggu sekali pelatih senam kesegaran jasmani berdiri di atas panggung,   untuk meyemarakkan kegiatan tersebut diiringi musik dengan sound system yang menggelegar.

Seandainya saja setiap Rukun Warga di Indonesia memiliki Ruang Publik seperti yang terdapat di RW 05 Kelurahan Rambutan Jakarta Timur, maka bisa dibayangkan warga tidak perlu lagi rekreasi ke tempat lain.  Konsep ruang publik tingkat RW menjadi acuan sebagai sarana yang tersedia dan bisa dimanfaat setiap hari atau kapan saja tanpa mengeluarkan biaya.  

Kalaupun warga ingin rekreasi ketempat lain bisa dilakukan sebulan sekali atau setahun sekali mengunjungi Ruang Publik lain yang di siapkan Kemen PUPR. Nah apabila di tingkat Kelurahan terus naik ketingkat Kecamatan dan beberapa ruang publik tersedia di kawasan tersebut, maka dengan  sendirinya akan tersedia begitu banyak ruang publik di satu kota.   Tentu saja untuk tingkat Kelurahan dan seterusnya sampai tingkat Propinsi, ruang publik itu harus lebih luas dan mempunyai fasilitas yang lebih lengkap.

Fasilitas publik yang wajib disediakan antara lain adalah toilet. Toilet yang bersih dan terawat merupakan etalase tempat wisata yang terurus. Pemerintah melalui Kemen PUPR tentu sudah merencanakan pula untuk menempatkan petugas kebersihan yang rajin sehingga kenyamanan ruang publik itu benar benar bisa dinikmati warga.  Faktor keamanan dengan menempatkan beberapa orang security patut dipertimbangkan agar kawasan itu aman dari para preman dan begal.

 * Semua dokumentasi foto koleksi pribadi (TD)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun