Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

[Refleksi 70 Merdeka] Mewujudkan Tempino Sebagai Destinasi Wisata Sejarah

5 Agustus 2015   18:56 Diperbarui: 6 Agustus 2015   08:28 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diantara  peristiwa peristiwa menggapai mimpi itu banyak momen moment penting yang dialami anak manusia secara sadar. Dia belajar dalam lingkup pendidikan formal dan informal, dia terbentuk oleh lingkungan sembari beranjak dewasa.  Dia bergaul dalam komunitas beragam. Dia mengejar karier sesuai dengan cita cita.   Demikian pula setelah berkeluarga atau memasuki usia purnabhakti   masih banyak harapan dan impian yang ingin diwujudkan baik untuk diri pribadi, keluarga ataupun tempat dia dilahirkan.  Pada dasarnya anak manusia secara harfiah selalu berusaha bagaimana dia tetap eksis dengan cara serius dan konsisiten  memberikan sumbangan berarti  bagi kemaslahatan sesama dimanapun dia berada..

Refleksi 70 tahun Indonesia Merdeka ada baiknya disimak lagi apa cita-citaku dulu. Teman  sepermainan di desa kecil Tempino (27 km dari Kota Jambi)  sering dan amat sering mengatakan : "emang dari hongkong !!!. "  itulah ucapan ritual ketika kami mendengar sesuatu yang tidak masuk akal.  Suatu berita ataupun benda aneh apa saja selalu di tembakkan ke Hongkong.  Negeri manakah itu. Atlaspun tak ada di sekolah desa. Hongkong, Hongkong mulai masuk dalam mimpiku.  Rasa penasaran membuncah, dibelahan bumi manakah negeri awan itu terhampar. Dan Malaikat mulai mencatat mimpi si anak desa bercelana monyet tak beralas kaki ketika berlari lari  menuju Sekolah Rakyat Tempino.

40 tahun kemudian. Janji Tuhan menjadi kenyataan. Tanah daratan Hongkong telah ku pijak  2 kali ketika tugas negara mengantarkan kami kesana. Malaikat  menuntaskan janjinya.  Inilah kawasan teritorial bagian daratan cina yang engkau impikan dulu. The dreams come true.  Entah bagaimana mimpi itu bisa terwujud.  Jalan Tuhan beragam tak terpikirkan dan tak terdugakan. Perjalanan panjang pekerjaan telah mengubah kemustahilan menjadi  keajaiban. Kun Faya Kun seperti tertera di Surah Yasin ayat 82. Hak preogratif Tuhan Yang Maha Kuasa. Seorang anak desa bisa melalang buana bukan saja ke Hongkong tetapi ke tiga benua.  Semua berangkat dari "keberanian" bermimpi.

Kini diusia senja masih boleh kan awak bermimpi.  Paling tidak di usia 63 tahun hari ini sejak lima tahun purnabhakti . Ternyata masih banyak mimpi mimpi yang belum tercapai. Izinkan awak mengurai satu demi satu harapan nan belum terwujud dan masihkah Malaikat itu bersahabat dan kemudian berkenan mencatat angan angan si penulis tua?

Mimpi untuk Indonesia dululah.  Negeri ini makmur aman sentosa dipimpin oleh Raja Amanah  Mimpiku untuk ibukota Jakarta tempat tinggalku, macet dan banjir bisakah hilang sebelum berganti Gubenur

Mimpi untuk keluarga, mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah warrahmah . Mimpi untuk anak anakku, selesai kuliah  dan mendapat pekerjaan terbaik dan kemudian menikah dalam kesaksian ayah bunda.

Mimpi spesial untuk Masjid Jami Annur dimana kami berladang pahala.  Shalat fardhu seramai shalat jumat itulah indikator kemakmmuran Baitullah. Dan anak anak yatim kampong kami mendapat penghormatan mulia dari warga asrama. Tersedia santunan istiqomah setiap purnama dan memberikan kenikmatan betapa syedap hidangan makan disetiap nampan belanga. Mimpi untuk tim hadrah remaja bimbingan Khadimullah, semoga diberi kepiawaian menabuh tambur sehingga menjadi juara nasional rebana remaja masjid.

Mimpi satu lagi setelah itu adalah diberi keleluasaan menulis. Dan atas  seizin Malaikat kiranya tulisan tulisan itu bisa di jilid menjadi kitab.  Sudah delapan buku di terbitkan dan kalau boleh bermimpi kiranya di kabulkan disampul  kitab tertulis nama Thamrin Dahlan itu tersedia dalam katalog di setiap perpustakaan nasional dan internasional.  Buku sejatinya adalah  saksi abadi kehidupan seorang anak manusia di muka bumi.

Mimpi, semoga anak anak Indonesia tidak dilarang bermimpi dengan alasan apapun termasuk HAM. Mereka bukan generasi pelamun, biarlah angan angan tinggi melayang melintas awan dan kemudian di tangkap Malaikat rupawan untuk dikawal dan diantarkan  menjadi kenyataan.

 

Monumen Tentara Belanda sebagai Destinasi Wisata Sejarah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun