Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Kompasianer Pertama Kunjungi Perpustakaan Kasidah

20 Juli 2015   11:24 Diperbarui: 20 Juli 2015   11:24 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menembus batas

Taman bacaan merupakan ladang ilmu, apalagi bagi desa kecil terpencil seperti Tempino. Niat Keluarga Besar Haji Dahlan bin Affan mendirikan perpustakaan semata untuk menfasilitasi kegemaran anak anak membaca buku di desa yang terletak hanya 27 kilometer dari Kota Jambi. Saat ini di Tempino terdapat 2 Sekolah Dasar, 1 Sekolah Menengah Pertama dan 1 Sekolah Menengah Atas di desa sebelah.

Perpustaaan Kasidah merupakan taman bacaan pertama yang hadir di Tempino, bahkan di Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi. Perpustakaan yang diresmikan pembukaannya pada tanggal 24 Desember 2014 telah mengkoleksi 750 buku. Koleksi buku tersebut meliputi buku Ilmu Pengetahuan Umum, Buku Pelajaran, Buku Agama, Majalah dan buku cerita bergambar atau komik dan beberapa novel. Keponakanda Muhammad Yunus bin Syahrir dan Darussalam sebagai Manager Perpustakaan melaporkan sejak 7 bulan di buka telah datang 390 pengunjung. Berdasarkan cacatan buku tamu, pengunjung taman bacaan terdiri dari anak anak sekolah dan warga sekitarTempino.

Hari Raya Pertama merupakan hari bersejarah bagi Perpustakaan Kasidah. Pasalnya pada hari Jumat 18 Juli 2015 hadir seorang blogger . Blogger yang aktif menulis di kompasiana dan Media Sosial telah menerbitkan buku “Guru Plus” itu adalah seorang sahabat dunia maya plus dunia nyata : Maria Etha. Inilah kompasianer pertama dengan tekad penjalajahan luar biasa mampu menembus batas geografi dan sekat tradisi sehingga dengan takdirnya sampai di desa kami Tempino.

Sebenarnya Tempino tidak terlalu jauh dari kota Jambi. Jalan beraspal mulus menghubungi ibu kota Jambi dengan desa kami bisa ditempuh kurang satu jam. Persoalannya hanya terletak ada moda transportasi. Ketika motor belum begitu banyak hadir di nusantara, kendaraan umum Tempino – Jambi sangat banyak. Namun saat ini fasilitas oto itu hanya tingal dalam hitungan jari karena tak ada lagi warga yang mau naik oto. Kalaupun tetap ingin menggunakan transportasi oto , penumpang harus berganti 3 kali sebelum sampai di Tempino. Kondisi seperti itulah yang awak sampaikan ke Maria, bahwa its very difficult to reach Tempino. Maria semakin penasaran ingin berkunjung ke Perpustakaan Kasidah, saking gigihnya malah mau sewa Taxi segala. Tuhan tidak diam, niat baik bersilaturahim ternyata terkabul berkat pertolongan sahabat lama Thamrin Madjid.

Kompasianer Pertama

Thamrin Madjid adalah sahabat lama sejak di SMP Jambi. Kami menerusan kuiah di Palembang dan tinggal di satu rumah di Jalan Dempo 17 Ilir. Uda Boer dan Uni Rabiatun sang empunya rumah serta keponakan David. Maphilinda dan Novi bingung memanggil kami karena punya nama yang sama. Maka atas ide Kak Mas yang berasal dari Lahat sesama teman mondok maka kami diberi nama singkatan TD dan TM . TD = Thamrin Dahlan, TM - Thamrin Madjid.

Setelah ada pembeda nama panggilan maka para tetangga pun dan teman mahasiswa menggunakan akronim nama itu agar tidak salah panggil ketika kami sedang bersama. Singkatan nama itu sampai saat ini tetap melekat seiring berjalan waktu ketika TM berkarier terakhir sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi dan awak pensiun sebagai Direktur Pasca Rehabilitasi BNN.

TM dan istri Mbak Sudarwati seorang Bidan seperti biasa selalu berkunjung ke Tempino di hari lebaran. Sebelum berangkat Beliau telpon terlebih dulu untuk memastikan apakah keluarga besar kami ada di Tempino. Tiba tiba muncul ide awak kenapa tidak sekalian mengajak Maria Etha ke Tempino. TM dengan senang hati menjemput Maria ke Mess Maria di kawasan Kebon Handil. Dan takdir itu mencatat Maria sebagai seorang penulis dan juga kompasianer pertama yang mengunjungi Perpustakaan Kasidah.

Uni Husna sang Penggagas Perpustakaan dan saudara saudara ku Uda Buyung dan Adinda M Yahya tergelak bercampur haru ketika mendengar kisah “sedikit maksa” Maria berkunjung ke Tempino. Terus terang niat ke Tempino sudah tersimpan di memory nya sejak di Jakarta setelah mendapat new Job di Kota Karet. Ketika tiba di Jambi awal Juli 2015 dan keluarga kami sekeluarga mudik lebaran maka pertautan persababatan itu semakin erat dengan hadirnya Maria di desa minyak yang di tinggalkan Pertamina.

 

Maria ketemu "simpai"

Dirumah tempat kami dibesarkan Maria mencoba rendang dan beberapa makanan tradisi Keluarga minang.  Kopi merk AA tubruk sebagai ikon Jambi di hirup dengan sangat nikmat.  Setelah mengambil foto Perpustakaan Kasidah dari beberapa sudut dan membubuhkan tanda tangan di buku tamu sebagai bukti kehadiran, Maria kami ajak lebaran 'ala dusun Tempino. Kamiberombongan  beranjak ke rumah Mertua.  Penasaran Maria yang belum pernah kerumah awak di Jakarta dan belum pernah pula besua dengan istri tercinta Enida Busri tuntaslah disini. 

Maria sekali lagi makan siang atau makan sore di rumah tempat Ister dibesarkan yang berjarak hanya 700 meter dari rumah awak.   Disini ada juga rendang yang super pedas plus ketupat asli.  Kalau dirumah awak ketupat plastik, maka ketupat asli dengan daun kelapa mempunyai aroma khas yag menghantarkan memory jauh ke masa kecil.  Tak disangka dsangka isini Maria bertemu dengan teman sejawat seprofesi 2 guru keponakan.  Satu Mia guru di Yayasan Garuda dan Mita mengajar di SD  Yayasan kupu kupu. Dunia nampaknya kecil, ternyata Maria pernah mengajar di Yayasan Kupu Kupu maka nyambunglah ngomong dengan Mita melalui kata kunci Kompasianer Lilis guru senior di Kupu Kupu.

Terakhir kami lebaranan ke rumah Uda Haji Saykirin dan Uni Hj Syafirda. Inilah keluarga besar yang mempunyai hubungan kerabat tempat TD dan TM menumpang selama kuliah di Palembang.  Uni Syafrida guru senior pensiunan SD Tempino  punya putri yang juga guru : Dian. Sekali lagi cerita guru tak habis habisnya apalagi Maria membawa pesan dari Uda Isson dan Ando Ajo tentang anak  dalam(orang rimba)  atau orag kubu serta temanya monyet bernama simpai.  Nanti biarlah  Maria saja yang cerita panjang tentang orang rimba dan simpai, karena posting ini sangat bergantung pada lampu PLN yang sering byar pet di Tempino,....

Tempino, 20 Juli 2015

Salam salaman

Edisi mudik

TD

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun