[caption id="attachment_347404" align="aligncenter" width="345" caption="sumber : silenceraloner.wordpress.com"][/caption]
wajar saja presiden
presiden kita
apapun pendapat yang keluar dari mulut sang boss, adalah kebenaran
walaupun hati nurani menjerit
walaupun penelaahaan ilmah menentang pendapat boss
namun, mem benar - benar kan boss adalah suatu kewajiban
di cari cari dasar hukum untuk pembelaan pembenaran kebijakan boss
di paksakan referensi ilmiah
inikah justifikasi
disini kita berjustifikasi
mulai dari menunjuk menteri
kemudian tiga kartu sakti
kebijakan menaikkan harga bbm
dan kemudian menurunkan kembali
menetapkan calon tunggal kapolri
menunjuk anggota wantimpres
semua berbuntut kontroversi
dan kemudian para menteri
berlomba men justifikasi setiap kebijakan Jokowi
terakhir ketika para pembantu kewalahan melawan arus perlawanan
keluarlah kata sakti
kebijakan itu hak preogratif presiden
haruskah berbuat begitu, tuan dan nyonya ?
justifikasi
kalau begitu, ….tugas tuan berubah menjadi Mr. Justifikasi
atau, sebenarnya Tuan lebih mencintai dirimu sendiri
dari pada mencintai si boss
krna’ tuan mencintai kedudukanmu , begitu bukan ?
ngak peduli, apakah itu melacurkan pendapat  sendiri
apakah ini sikap pembela kekaburan
men justifikasi
mem benar benar kan
dan,... korban selalu dan selalu saja rakyat kecil
dimana jiwa juangmu dulu, tuan
dimana jiwa ideal mu dulu
ketika berteriak keras membela rakyat
dimana kuburan idealisme
timbangan itu telah berat sebelah
berat kepada kepentingan jokowi
dan juga kepentingan pribadi
ntuk mengamankan kursi
luntur lah sudah
ya
kau sudah berubah,…..
atau mungkin untuk itukah engkau di gaji……….
Salam salaman
TD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H