"Pelan-pelan, ya?" pintanya.
Aku tertawa. "Manalah mungkin, setelah jalan menanjak lalu mengganjar kebaikanmu selama ini dengan ketergesaan ...."
"Ya, iya ... aku bersyukur telah diberi panjang umur."
"Nikmat apalagi yang kauingkari, Dik Rani, Maharaniku?"
Ia memukul lenganku. Sambil tertawa yang menggema di sekitar bukit. Dalam remang senja yang jatuh pelan-pelan. ***
#rumpieskadoultah
#nurhasanah
#FFRTC
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!