"Kamu kok sukanya gitu?"
"Ini mengingatkan saja. Kalau kamu ke sini, dan pagi-pagi ke Dago...."
Dago sudah ramai orang di hari Car Free Day. Meski hari lebih sejuk. Langit agak kelabu. Tak apa. Kalau pun ada gerimis turun aku juga tak menampik. Bukankah ini sebuah realita. Datang dari jauh hanya untuk berpengharapan bertemu dengannya.
Kupesan secangkir capucino. Sepotong pisang goreng pun tersaji bersamaan datangnya. Dibawakan oleh seorang wanita muda bercelemek putih. Memakai tutup kepala juga dia. Tetap feminin. Karena ada setangkai frame singgah nangkring di atas hidung bengirnya. Klop.
"Kalau ada pesan lagi, silakan hubungi saya."
Aku mengangguk bersamaan ia berlalu. Dan aku terlambat. Kenapa ada pesan yang tidak biasa. Dan haruskah aku akan memintanya melayaniku, semisal meminta tambah makanan tambahan. Â Apa pun itu. Termasuk secangkir lagi minuman hangat untuk mengusir pagi di jalan yang lalu-lalang orang dengan celotehnya.
"Ada walikota datang...."
Entah suara siapa. Apa peduliku. Mungkin saja ia ingin menyapa warganya. Mengingatkan Bandung tetap menarik pada pagi yang hanya semripit angin seperti sekarang. Seperti hatiku yang beku. Memikirkannya.
"Kau boleh pura-pura memesan apa saja kepada wanita cantik berkacamata itu ...."
Aku mengernyitkan kening. Sialan. Benar juga.
"Nggak usah malu-malu. Kan hanya aku yang tahu."