Cerita Minggu Pagi 48
Â
Cerita tentang PKI menyundul ke permukaan. Aku bingung. Maklum karena aku masih muda. Tak familiar dengan singkatan PKI yang kemudian membuatku mengernyitkan kening. Memangnya makanan apa itu. Kue lapis?
"Kue lapis itu lho. Yang ...."
"Berlapis-lapis warnanya. Merah-putih-hijau."
"Ya."
"Ya, apa?"
"Ya yang kamu bilang itu, Yank ...."
Aku menutup benda yang selalu menghubungkan aku dengannya. Yang kerap aku memanggilnya Yank. Ia pun memanggilku Yank. Semacam berbalasa pantun. Agar nyambung kemesraan yang kerap cepat berlalu seiriing dengan habisnya pembicaraan di henpon.
"Jadi, kamu pengin kue lapis?"
"Mau. Apalagi kalau kamu Yank yang nyuapin."
"Boleh. Jangji ndak nggigit jari, ya?"
"Dikulum aja?"
Jangkrik. Ia kerap membuatku ingin terbang ke selatan kotaku. Hanya untuk menatapnya. Dan kalau memungkinkan aku menyodorkan lengan, dan segera digamitnya. Ya, jalan bergandengan di siang bolong dan anggap saja itu sebuah malam berpendar rembulan purnama kalau perlu. Karena pernah ia melakukan itu, sambil duduk di tepian kolam dengan bulan bertengger di atas menjadi saksi. Kaki kami saling mencelupkan di air yang dingin, di suatu tempat.
"Kamu lagi ngapain, sih?"
"Ih. Ya natap kamu Yank."
Ya. Benar. Kami sedang saling tatap di henpon berkamera. Video call. Ia di sana senyam-senyum. Berulang kali mencoba mematut-matut diri. Seolah wajahnya akan berubah menjadi lebih cantik kalau ia membetulkan alis tebalnya. Bibir dikerjap-kerjapkan. Dan seterusnya. Sambil menggoda memeletkan lidahnya.
"Gimana kalau kita ketemuan?"
"Ih!"
"Ih, apa?"
"Lha ini ketemuan."
"Ketemuan pipimu dengan pipiku."
"Kuno, ah."
"Kuno?"
"Jadul."
"Jadul?"
"Ya."
"Ya, apa?"
Ia melet-melet lagi.
Aku garuk-garuk kepala.
"Awas kutunya loncat, Yank...."
"Ah." Â Â
"Rambutmu udah panjang tuh."
"Kan kamu yang minta. Biar diuyek-uyek jari-jemarimu."
Ia tertawa. Khas mojang. Ah, ndak tahulah. Apa benar semacam itu tawa mojang di tanah Sunda sana.
"Kau memang PKI."
"Hah."
"Aku ding."
"Hah! Jangan main-main, atuh."
"Iya, aku Pancen Kangen Ih."
"Ooooo ...! Kamu Jawa sih."
Aku garuk-garuk kepala. Dengan kamera kuarahkan ke kucing putih yang tiduran di dekatku.
***
AP, Minggu 24/9/17