Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tentang Tiga Tak Dipahaminya

28 Mei 2017   06:24 Diperbarui: 28 Mei 2017   08:09 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan berhenti di situ.

Ia tak bisa mengirim dengan kalimat serupa, misalnya.

“Kalau orang terluka, masih bisa segera disembuhkan. Tapi kalau ia dilukai dengan lisannya, belum tentu setahun sembuh.”

Ia mendengar itu pada Subuh ini. Pada lengser dini hari. Ketika ia membawa kata-kata yang dilontarkan oleh orang yang mengerti apa arti ucapannya itu. Kalau tidak, tak mungkin ia berdiri di mimbar. Dan menghujamkan kata-kata indah tak bersayap perihal kebaikan dan sebaiknya orang berbuat kebaikan kepada orang lain. Juga kepada dirinya.

“Sebelum mati, hati seseorang dibuka. OlehNya.”

Kenapa Syaban yang hari itu tak dilihat oleh Nabi, tidak shalat Subuh sepertinya biasanya. Maka Nabi ba’da shalat mengajak salah seorang sahabatnya untuk menyambangi Syaban yang terbiasa shalat Subuh di pojok masjid.

“Ia baru saja meninggal, ya Nabi,” ungkap istrinya.

Nabi tercenung. Apalagi ketika istri lelaki yang sebelum meninggal menyebutkan tentang kata-kata yang tak dimengertinya.

“Apa yang dikatakannya?” tanya Nabi.

“Kenapa tidak lebihjauh. Lalu menyebut, kenapa tidak lebihbagus. Dan terakhir, kenapa tidaksemuanya,” tutur istri yang menangis. “Saya sungguh  tidak mengerti tiga kata-katanya ketika ia hendak sakartul maut itu.”

Mengertilah ia setelah diuraijelaskan lelaki dari mimbar itu. “Kata Nabi, Syaban menyesal. Kenapa masjid tak lebih jauh kalau pahala salat Subuh itu sedemikian melimpah. Padahal, dua jam perjalanan setiap hari ia shalat dan menembus dinginnya udara.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun