Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Untuk Cinta Nindy

29 Januari 2017   06:24 Diperbarui: 29 Januari 2017   08:04 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                Son mendesis. Dan Te segera ke warnet langganan. Di sana ia bisa terbenam untuk mengencani Nindy, sang pujaan hati. Sampai uang habis. Sampai waktu habis.

                Pada seminggu kemudian, Te mengabarkan perkembangan tentang gadis yang sedang di-PDKT itu. Kali ini, ceritanya lebih seru. Dia sudah dikirimi gambar yang lebih menarik hatinya. Bahwa bodynya benar-benar nggitar dan bagian penting yang menjadi dambaaannya, sesuai dengan selera. Juga impiannya. Dadanya berisi. Diperkirakan paling tidak ukuran 36. Karena masih tertutup penutup bra berwarna biru.

                “Dia ngajak ketemuan.”

                “Trus?”

                “Ya, masak sih ketemuan aku nggak modal.”

                “Hehhh … aku ngerti arahnya.”

                Dan Te mendapatkan modal untuk kencannya dengan gadis impiannya itu. Bahkan dia berjanji, nanti Son akan dikabari. Seperti apa sebenarnya Nindy itu. “Kalau perlu, teknisnya kugambarkan seperti laporan pandangan mata seorang wartawan senior. Kayak wartawan radio, gitu.”

                Son tak bisa tidak hanya geleng-geleng kepala. Ia memang bisa mengerti perasaan Te. Lelaki jadul, kemudian dia ajari komputer lalu kesengsem dengan internet. Sampai kemudian berjaring sosial dan kesengsem dengan Nindy. Gadis kota  yang hanya berbilang satu jam dari kota di mana Te dan Son tinggal.

                “Alamak …Nindy memang gadis baik-baik ….”

                “Laporan ini positif?” tanya Son pada pasca Te ke Kota dan ketemu dengan Nindy.

                “Ya, positif, lah.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun