Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

(LOMBAPK) Gusdurian, Imlek, Haul dan Jokowi

12 Januari 2017   14:54 Diperbarui: 12 Januari 2017   15:30 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ger-geran. Gus Dur ketika bertemu Bill Clinton (dok. Merdeka.com)

Puncak dari sikap entengan dan toleransinya, sekaligus kelewat berani, ketika Gus Dur sebagai presiden mencabut Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina pada 17 Januari 2000. Tujuh belas tahun lalu, Gus Dur yang berjalan bersama dengan Budi Tanuwibowo Sekretaris Dewan Rohaniwan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) di Istana Negara. “Oke, Imlek digelar dua kali, di Jakarta dan di Surabaya untuk Cap Go Meh. Kaget juga saya,” ungkap Budi, mengenangnya. Apalagi dilanjutkan dengan ucapan Gus Dur, “Gampang, Inpres saya cabut.” Bersamaan dengan pencabutan surat edaran tahun 1987 Mendagri Amir Machmud belum dicabut. Lha, masak Keppres kalah dengan surat edaran Menteri?  

Sepuluh tahun dari pencabutan Inpres Gus Dur itu, ia meninggal. Ia seperti diceritakan Menteri Khofifah Indar Parawansa saat Gus Dur presiden dan sekarang menteri Kabinet Kerja, Kerja, Kerja Joko Widodo, berpesan, “Sepertinya hanya kepada saya Gus Dur berpesan tiga kali sebelum wafat. Pesannya, Mbak kalau nanti saya meninggal tolong di batu nisan saya diberi tulisan, TheHumanistdiedhere.”

diambil/ repro dari: MetroTV
diambil/ repro dari: MetroTV
Dampak humanisnya Gus Dur hingga kini terasa. Bahkan ketika haul ke-7 Gus Dur di Jalan Warung Sila, Ciganjur, Jakarta Selatan pada Jumat (23/12) dihadiri oleh Presiden Jokowi. Plus tiga calon Gubernur DKI Jakarta 2017, Trio AAA: AHY, Ahok dan Anies. Eh, Presiden ketujuh yang menghebohkan dengan sarungannya ke Pekalongan saat acara Maulid Nabi itu, rupanya oke cangkokan gaya Gus Dur kali ini, “Katanya yang di sana minta diabsen. Silakan berdiri semua!”

Geeerrr!

Masih belum habis gaya entengan Wong Solo berbadan kerempeng sebaliknya dari Gus Dur yang gemuk, “Lha, mbok ya begitu yang rukun. Wong kita ini, kan, saudara, sebangsa dan se-Tanah air. Persaudaraan itu yang diajarkan oleh Gus Dur.”

Hadirin, para Gusdurian pun tertawa.

Pun dibarengi: Plok, plok!  

planet-kenthir-logo-1-575a6b2a8223bda205866aa9-587735f0317a61ad05ec3eb4.jpg
planet-kenthir-logo-1-575a6b2a8223bda205866aa9-587735f0317a61ad05ec3eb4.jpg
***   

Angkasapuri, 12/1/2017      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun