Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jakarta-Bandung-Jakarta: Untuk Sebuah Nangkring Bareng Mojang

17 Oktober 2016   10:46 Diperbarui: 17 Oktober 2016   11:22 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nangkring di Museum Geologi, Rul in action (foto IH)

Saya yang berjalan dari tempat duduk dari bis yang tak penuh penumpang, berdiri dan ada di dekatnya memuji. Setelah menunggu hampir 12 menit, lolos. Jalan ke kiri, dan ternyata memutari terminal sehingga melewati Warung di mana sudah kami tinggalkan tadi. Garuk-garuk kepala pun jadilah. “Apa bisa sampai di Museum Geologi jam dua siang?” gerutuku.

Kegilaan masih belum reda. Ternyata sopir separuh baya dan mungil itu mengambil rute jalan-jalan kecil sehingga seorang Bapak bersama istrinya tertawa-tawa kesenangan. Jelas, ia tahu rute salah, dan kemudian diamini istrinya, “Yang penting cepet sampai!”

Hadeuuuuh!

nang-bdg-museum-58044942c923bd8d1af173ce.jpg
nang-bdg-museum-58044942c923bd8d1af173ce.jpg
Bis melintas di SMA Negeri 4. Itu sekolah Kompasianer Rifki Feriandi (lulusan ITB pula yang udah mbikin buku), kemudian melintas di belakang Stasiun Bandung, di mana kawasan markas ST 12 (ini nama grup band yang dikomandoi Charlie, dengan lagu-lagunya mendut-mendut yang ndak bisa kunikmati secara penuh. Seleraku Pink Floyd, hehehe).

“Nanti turunnya di perempatan Dago, dan disambung angkot di Jalan Diponegoro itu!” terang Pak Sopir yang ndak didampingi kondektur. Kami pun membayar sepuluh reeebu untuk dua orang. Cling! Kontan.

Asyik mah kalau udah ngomong Dago. Di mana – kemudian menjadi Cerita Minggu Pagi 7, di mana ada kewajiban diri untuk nulis cerpen di K --  bersliweran mojang-mojangnya. “Lu yakin?” tanya Isson.

“Yah, masih lom caya juga!” sahutku.

Ia pun nguntit di belakangku. Dan ia segera nangkring di sisi sopir angkot. Rupanya ia ingin menjadi ahli hisap yang ndak betul. Merokok.

Tibalah, persis di depan Museum Geologi. Pukul 14.12.

“Kita poto-poto dulu!” ujar Isson.

Ah. Yayaya. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun