Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

TS: Catatan Kecil Kompasianival 2016

10 Oktober 2016   07:17 Diperbarui: 10 Oktober 2016   17:40 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SMS Nindy, admin Kompasiana yang diforward Arum Sato ke saya, Jumat malam sehari sebelum Kompasianival menggugah. “Kita, KutuBuku akan diberi satu meja,” tambahan dari Arum.

Jadi mikir. Apa yang mesti dipersiapkan KutuBuku? Ya, ngangkut buku-buku para Kompasianer yang sudah diterbitkan dan digelar di sana nanti. Juga segera meng-SMS Ikhwanul Halim yang baru dua hari sebelum Kompasianival (Ngoplah Fiksi) untuk membawa X banner tentang bukunya yang diterbitkan dengan komunitas KutuBuku.

Sebelum berangkat, sempat menulis tentang apa yang bisa KutuBuku persembahkan di Kompasianival. Dan beberapa saat masuk NT (Nilai Tertinggi). Lumayan.

Ya,SatuMejaSaja

Meski begitu, ada semangat: ini baru komunitas terlibat di Kompasianival. Ndak seperti penjelasan beberapa punggawa Kompasiana – termasuk Kang Pepih Nugraha – bahwa acara Kompasianival akan dibagi dengan acara Komunitas secara tersendiri mungkin di Desember 2016. Tempat, boleh jadi: Bentara Budaya Jakarta (BBJ), masih di Kompleks Kompas-Gramedia Palmerah, Jakarta Barat.

14523017-10210689588306964-4081126923537965926-n-57fadd7f04b0bd8a0cf3f2da.jpg
14523017-10210689588306964-4081126923537965926-n-57fadd7f04b0bd8a0cf3f2da.jpg
Meja pun ditata dengan sejumlah buku, termasuk buku terbarunya Sutiono Gunadi, Tjiptadinata Effendi, Ikhwanul Halim, Sugiyanto Hadi.  Beberapa buku keroyokan: 70 Tahun Indonesia, 36 Kompasianer Merajut Indonesia, Guru Plus Maria Margareta, Arjih Kurniasih, Rifki Feriandi, Tarjum Sahmad. Sementara di panggung Bu Menlu Retno Marsudi masih berpidato. “Konsentrasi saja di lapak kita!” kayak komandan, Isson Khairul menginstruksikan hehehe. Sementara ia masih di luar kayak satpam menunggui dua pak buku yang belum terangkut, kan ada Menteri lagi pidato.

Nah, kami pun masih berbenah. Bersama Ikhwanul Halim, Syaiful W Harahap, Bertho Sinaulan, dan lainnya. Eh, tiba-tiba Bu Menteri Luar Negeri berjalan akan melintas ke depan KutuBuku. Ya, saya pun perlu menyambutnya. Setelah menyapa, lalu saya beritahu ada “kembangan” dari Kompasiana, bahwa ada sejumlah Kompasianer yang menerbitkan buku. “O, begitu. Wah, hebat!” kata wanita yang pernah menjadi Duta Besar Belanda itu.

14517372-10154664373444885-2781024914051350819-n-57fadcb1587b612031ea941b.jpg
14517372-10154664373444885-2781024914051350819-n-57fadcb1587b612031ea941b.jpg
TS memberi keterangan kepada Bu Menlu Retno (foto IH)

Terjadilah perbincangan yang lumayan menarik. Setidaknya, saya bersama KutuBuku bisa menjelaskan. Jika di Kompasiana ada sekitar 300. 000 lebih orang yang bergabung sebagai Kompasianer. “Di antara itu, ada yang kemudian menulis dan dibukukan di KutuBuku, Bu. Sudah ada 42 judul. Ya, ditulis oleh Kompasianer dari mana pun. Bahkan ia yang ada di Jerman sekalipun. Di sinilah Kompasiana berperan menampung warganya menulis,” kata TS sambil menunjukkan salah satu dokumentasi karya Gaganawati yang kebetulan dikatapengantari Menteri Peranan Wanita.

CatatanuntukKompasianival2017

KutuBuku lumayan menunaikan “penunjukkan” atawa atas permintaan – bahasa Isjet – Kompasiana. Sebab, mengingat ini bukan arena Komunitas yang ada di bawah Kompasiana berkumpul. Kecuali para Kompasianer seperti diistilahkan Langit Queen: Kita kan seperti akan kondangan di Kompasianival, hehehe. Dan mungkin benar, Uda Thamrin Dahlan. Lebih asyik ngeriung di luar panggung yang menampilkan berbagai nara sumber dan booth-booth peserta Komasianival 2016. Sehingga tercatat teman-teman semisal Kang Nasir yang saya kabari ada Kompasianival. “Jadi, begini ini, ya Kompasianival? Saya baru pertama kali dateng di acara beginian,” ujar Kompasianer dari Cilegon.  

14590275-613651348823737-5063623478038472047-n-57fb5645b39273b314a37292.jpg
14590275-613651348823737-5063623478038472047-n-57fb5645b39273b314a37292.jpg
Dari kiri-kanan: Bu Lina, Pak Tjip, Desol, Lilik, Pebrianov, Kang Nasir dan Pak Teha (dok.Kang Nasir)

14568206-614628805392658-522886404943090070-n-57fb6ff0537a61c725ab7e83.jpg
14568206-614628805392658-522886404943090070-n-57fb6ff0537a61c725ab7e83.jpg
Tak terbayangkan jika KutuBuku tidak diminta untuk membuka lapak sederhana. Di mana teman-teman bisa berkumpul? Di sinilah Pak Tjip dan Bu Lina bisa makan nasi bungkus ditemani Maria Margareta, Tamita Wibisono, dan Arum. Melayani kompasianer yang berusi 73 tahun kini. Atau mereka yang kemudian rame-rame berfoto, dan berbincang.

nival2016-57f98d33337b616307300f34-57fadd0bc5afbdc7098b4567.jpg
nival2016-57f98d33337b616307300f34-57fadd0bc5afbdc7098b4567.jpg
Para K-ner Ngeriung di luar gedung (dok.Thamrin Dahlan) 

Pebrianov, Axtea 98, Iskandar Zulkarnain, Susy Heryawan, dan lain-lain berjam-jam ngeriung di luar. Ngobrol ngalor-ngidul, termasuk error-nya K dan isu-isu ndak karuan hehehe. TS mengerti. Tersebab para Kompasianer tak seperti Kompasianival 2014 (TMII) atau 2015 di Gandaria City, yang terlibat. Minimal, ada booth atawa stan, di mana bisa untuk berlabuh dan ngeriungnya para Kompasianer yang sebagian dari daerah. Ini, misalnya kelas kami yang ndak makan di kompleks Smesco. Tapi ke Warteg di sisi kanan luar gedung megah itu. Teha Sugiyo, Susy Heryawan, Ikhwanul Halim, Bang Iz, sampai Kang Nasir, “Udah TS tinggal saja. Saya yang mbayar,” katanya karena saya akan diwawancarai, hehehe.

14568035-10154664442014885-5579576728675620632-n-57faf6c98ffdfd9810f8dd02.jpg
14568035-10154664442014885-5579576728675620632-n-57faf6c98ffdfd9810f8dd02.jpg
TS, entah mimpi apa ditunjuk dan mewakili – lha kan hanya KutuBuku yang kebetulan diminta admin K – ketika mengadakan kuis secara live. Ya, ini di sela-sela 2 host acara Kompasianival mencecar kehadiran KutuBuku yang mewakili para Kompasianer dalam menerbitkan buku. Maka ada lima pertanyaan TS ajukan. Dan semuanya bisa dijawab secara benar. Karena memang ini pertanyaan sekitar: siapa Kompasianer of the Year 2014, berapa jumlah Kompasianer di Kompasiana, sebutkan Komunitas yang ada di Kompasiana.

Tim KutuBuku in Action
Tim KutuBuku in Action
KutuBuku yang ketiban pulung, memang. Sehingga Kompas. Com mendatangi TS dan akan menggandeng buku-buku terbitannya – notabene karya Kompasianer – untuk dipasarkan oleh Grup KOMPAS-Gramedia. Sehingga penyebarannya lebih luas. Mungkin ini lobi Kang Pepih Nugraha. Bahwa para warganya, Kompasianer, punya potensi untuk menulis dan berkembang. Bukankah itu niatan Kompasiana untuk ber-sharing dan ber-connecting?

  Acara Kompasianival 2016, istilah Kang Nasir ya ndak seru-seru amat. (Tak ubahnya nangkring besar, istilah Isson). Meski ia tak bisa membandingkan dengan Kompasianival sebelumnya, setidaknya tak seperti TS. Barangkali, ini bisa diperhitungkan untuk Kompasianival 2017. Ndak perlu dipisahkan dengan Komunitas-nya. Meski istilah Nurulloh, “Supaya bisa fokus.”

Ya. Inilah catatan kecil TS.

Salam Kompasiana!

***

Foto-foto: Ikhwanul Halim, Isjet, Arum Sato

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun