Kuhirup sedapat oksigen masuk ke hidung. Lalu kumain-mainkan. Namun juga belum kucium ujung rambutnya.
“Kau memainkan aku saja, terus begini ….”
Bulan bulat telanjang. Tidak basah lagi. Sedepa dari permukaan danau. Sehingga biasnya ke ujung kakiku duduk di tepian.
“Dasar lelaki manja ….”
Sebuah ujung rambut menampar pipiku. Wanginya langsung meruap.
“Septi ….”
Ia duduk di sampingku. Dan tubuhnya disandarkan ke sisi kananku. Pelan-pelan kepalanya turun, dan jatuh sempurna di kedua pahaku.
“Kau tahan ya orangnya, Te Es?”
Aku tak menjawab. Kuambil ujung rambutnya. Kukuas-kuaskan ke hidung bangirnya. Ia kegelian.
“Kita berumah di sini saja ….”
“Mmmm ….”