Kepo Seperti Aleppo?
Mau tahu, kepo, seperti Aleppo, kota kedua terbesar di Suriah? Lihatlah foto Omran Daqneesh (5 tahun) yang berdebu dan berdarah-darah setelah terkubur di bawah reruntuhan rumahnya di Qaterji pasca serangan udara pasukan pemerintah. Ya, itu perang saudara, yang sudah terjadi sejak 5000 tahun lalu, sebagai kota bersejarah sarat konflik dan pertikaian.
Foto bocah korban pertikaian yang kemudian menyebar dari hampir seluruh media besar dunia itu menjadi pelajaran bagi kita di negeri ini. Karena bukan untuk memperlihatkan sebagai sebuah tontonan untuk menggiring warga dunia membenci orang yang mengunggah foto itu, seorang fotografer. Indonesia selama ini relatif kondusif, mengingat jumlah suku dan agama yang dianut dan 17 ribu lebih pulau bisa saling menjaga. Meski di mana media sosial bisa menyelusup tanpa diminta dan bisa menggoyahkan persaudaraan kita.
Maka, Pesantren Gontor yang baru merayakan 90 tahun, bisa menjadi ujung tombak penangkal jika kita – untuk menyebutkan nama: Emha Ainun Nadjib, Ahmad Fuadi, Nurcholish Madjid (Cak Nur) jebolan Gontor – mempunyai penulis yang bisa dipanutani masyarakat secara luas. Sehingga Cak Nur menjadi representasi, dari keluarga NU dan akrab dengan Muhammadiyah. Lebih luas, bisa disebut: Cak Nur tumbuh menjadi intelektual Muslim yang fasih dalam khasanah tradisi Islam klasik dan literatur modern berbahasa Inggris (Sukidi: Mengenang Cak Nur, Kompas 27 Agustus 2016).
Era media sosial yang gampang dimainkan, hanya bisa dikalahkan oleh pribadi-pribadi tangguh. Sebab, apa yang diunggah di media sosial hal-hal yang singkat, tanpa pendalaman sebagaimana sebuah buku yang secara umum menggunakan referensi dan kepustakaan bahkan kitab-kitab kuno atau bahkan kitab suci. Semisal teks singkat atau bahkan hanya meme yang cenderung vulgar.
Artinya, teks atau gambar yang diunggah oleh tangan-tangan usil dan jahat itu mudah dipatahkan bagi orang yang “biasa membaca” secara koprehensif. Apakah itu teks, alam, dan sosial budaya yang sedang berlangsung. Termasuk, tentu, media sosial yang tidak mendalam, yang lazim diunggah orang usil dan dangkal pemahaman religiusitasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H