Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

(Bulan Kemanusiaan RTC) Keluarga Gerobag dan Boneka Cantik dari Tong Sampah

27 Juli 2016   09:57 Diperbarui: 27 Juli 2016   10:03 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sang Bapak menghela dengan segenap nafas dan sesekali langkah goyah

dibuntuti Si Istri seraya mendorong dari belakang

sesekali celingak-celinguk

memberitahu bila ada yang menarik untuk diambil

sesekali berhenti dan mengorek-orek tong sampah

untuk dipungut dari barang bekas apa pun:

kardus, kaleng hingga buah modernitas semisal plastik,

apalagi  boneka bermata cantik biru berkulit bersih untuk

buah hatinya yang kesepian di tiap malam mereka sebelum tidur berselimut angin dan

barang-barang yang umumnya bercampur kotoran sebelum esok dijual ke penampungan

“Ini hadiah untukmu, nak. Bagus bener!” ujar Sang Emak seraya menciuminya sebelum diberikan

kepada anaknya yang duduk di dalam gerobak.

Sang Bapak memejamkan matanya

berkerjap-kerjap membayangkan tubuh istrinya yang lebih banyak menguar bau sampah.

 

Dan anak semata wayang itu, sepanjang jalan memainkan boneka, diajaknya bicara

dengan bahasa mereka: “Kamu naik rumahku di sini saja, asyik, lho.

Kita bisa jalan-jalan terus. Bapakku baik, kok. Emakku apalagi. Setelah ndak bisa ngasih aku adik.”

Boneka itu mengerdipkan matanya yang biru, hingga bulu matanya yang lentik mengacung.

Hingga gerimis berganti hujan menepikan mereka di emper deret

bangunan bagus sepi tak berpenghuni

kecuali sesekali diteliti para lelaki berbaju biru tua-bertopi-berpentungan serta

bersepatu dengan bunyi kruk-kruk,

yang kadang baik kadang bisa mengusir mereka  

hujan itu rahmat bagi petani yang sedang membutuhkan air

hujan pun dibutuhkan orang-orang yang tidur berselimut dengan

pendingin yang menyedot watt tinggi di rumah-rumah wangi

hujan malam ini  dengan tiga sosok dalam satu gerobak sunyi

mereka menggigil dan berulangkali saling berpelukan

Sang Bapak hanya bisa memeluk Si Istri yang ingin ditidurinya

sejak mereka mendapatkan boneka cantik bermata biru, sebenarnya

sementara anak itu lelap memeluk boneka yang menjadi adik baru baginya

di malam yang basah ….

***

dok. RTC
dok. RTC
*Karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti event Bulan Kemanusiaan RTC

Angkasapuri, Dinihari 27 Juli 16

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun