Oh, berarti rembulan bakalan tak tampak. Pada malam Minggu pula. Meski tak kumengerti. Apa bedanya setengah bulan menjelang Puasa dengan rembulan membulat dan rembulan di balik awan. Karena sore menjelang Maghrib ini masih hujan. Bakalan lama. Setidaknya, ada nyanyian hujan. Hingga menjelang Maghrib. Orang-orang menderas Yassin dan ....
“Ayo, hujan-hujanan ....”
Aku tak bergeming. Tetap diam. Ajakan yang sulit kuikuti pada usia setengah abad lebih. Yang bisa membuat kepala pening kalau terguyur air hujan. Air hujan bukankah jahat?
“Kalau hujan-hujanannya denganku, takkan sakit kepala ...,” kata Malaikat itu.
“Dan aku akan mengguyur kepalamu dengan air kehidupan,” sambung satunya.
Aku ragu.
“Inilah kesempatan.”
“Tidakkah kaulihat hujan yang penuh rakhmat ini ....?”
Kian ragu aku.
“Ini malam Nisfu Syaban.”
“Malam setengah bulan sebelum kaupuasa.”