Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sore, Senja, dan Hujan

29 Mei 2016   04:34 Diperbarui: 29 Mei 2016   07:58 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oh, berarti rembulan bakalan tak tampak. Pada malam Minggu pula. Meski tak kumengerti. Apa bedanya setengah bulan menjelang Puasa dengan rembulan membulat dan rembulan di balik awan. Karena sore menjelang Maghrib ini masih hujan. Bakalan lama. Setidaknya, ada nyanyian hujan. Hingga menjelang Maghrib. Orang-orang menderas Yassin dan ....

“Ayo, hujan-hujanan ....”

Aku tak bergeming. Tetap diam. Ajakan yang sulit kuikuti pada usia setengah abad lebih. Yang bisa membuat kepala pening kalau terguyur air hujan. Air hujan bukankah jahat?

“Kalau hujan-hujanannya denganku, takkan sakit kepala ...,” kata Malaikat itu.

“Dan aku akan mengguyur kepalamu dengan air kehidupan,” sambung satunya.

Aku ragu.

“Inilah kesempatan.”

“Tidakkah kaulihat hujan yang penuh rakhmat ini ....?”

Kian ragu aku.

“Ini malam Nisfu Syaban.”

“Malam setengah bulan sebelum kaupuasa.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun